News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Kecintaan Rakyat Pada Sukarno: Realitas versus Survei Indo Barometer

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyono Wibowo, Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute

 Oleh: Karyono Wibowo (Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Hasil survei Indo Barometer yang menempatkan Presiden Soeharto dan Presiden Joko Widodo lebih disukai masyarakat Indonesia ketimbang Presiden pertama RI Sukarno tidak akan berdampak terhadap penurunan derajat kebesaran nama Sukarno.

Pasalnya, jasa-jasa dan karya besar sang proklamator bangsa Indonesia itu sudah terlanjur melekat dalam hati sanubari rakyat Indonesia. Peran Sukarno bersama para pendiri bangsa lainnya dalam membebaskan bangsa-Indonesia dari penjajahan sekaligus sebagai peletak dasar pembangunan tidak terbantahkan hingga saat ini. 

Baca: Survei Indo Barometer: Soeharto Jadi Presiden Paling Disukai Publik, Kalahkan Jokowi Hingga Megawati

Bahkan, jika ditinjau dari berbagai literasi perjuangan Sukarno dalam melawan imperialisme dan kolonialisme tidak hanya berhenti di negerinya sendiri. Semangat perlawanan Sukarno dalam mengganyang imperialisme, kolonialisme, feodalisme dan kapitalisme yang menghisap bangsa -bangsa lain telah dia tunjukkan pada dunia.

Rekam jejak perjuangan Sukarno dalam upaya memerdekakan bangsa-bangsa dari hegemoni penjajah telah mendapatkan pengakuan dunia.

Gagasan dan cita-cita besar Sukarno untuk membangun dunia baru tanpa exploitation de l‘homme par l‘homme’ dan ‘exploitation de nation par nation’.(penindasan manusia atas manusia dan penindasan dari suatu bangsa terhadap bangsa lain) telah terukir dalam sejarah yang tidak mudah terhapus.

Baca: Tim Bulutangkis Indonesia Tetap Tanding ke All England 2020

Pidato Sukarno di forum PBB pada 30 September 1960 yang berjudul To Build The World A New serta peran Sukarno dalam menggalang negara-negara yang tergabung dalam Konferensi Asia Afrika menjadi bukti sejarah bahwa Sukarno memiliki jasa besar dalam perjuangan membebaskan bangsa bangsa dari segala bentuk penjajahan di muka bumi.

Atas dasar itu, maka wajar jika hasil survei Indo Barometer menimbulkan kontroversi, karena bertentangan dengan logika publik yang telah terkonstruksi oleh realitas sejarah.

Karenanya, sejarah tentang peran Sukarno tidak akan sirna oleh hasil survei Indo Barometer yang menempatkan tingkat kesukaan publik terhadap Presiden Sukarno berada di bawah Presiden Suharto dan Presiden Jokowi.

Bias Pemahaman

Dalam memahami hasil survei Indo Barometer setidaknya bisa dikaji dari tiga perspektif, yaitu; kebebasan intelektual, metodologi dan etik.

Baca: Hari Ketiga Observasi Virus Corona di Pulau Sebaru, ABK World Dream Jadi Koki Dadakan

Dalam perspektif kebebasan intelektual, di negara demoktasi boleh saja siapapun menyampaikan pendapat termasuk melakukan dan mempublikasikan hasil survei atau kajian dalam bidang tertentu.

Maka hasil survei Indo Barometer dapat dimaknai sebagai bentuk ekspresi kebebasan intelektual. Namun, tentu saja hasil survei atau kajian sebagai karya intelektual harus bisa dipertanggung jawabkan.

Dalam perspektif metodologi, seperti halnya sistem penentuan sampel, penyusunan kuesioner, pengumpulan data, teknik wawawancara, sistem kendali mutu, hingga metode validasi data yang dilakukan Indo Barometer boleh jadi sudah sesuai dengan kaidah penelitian, meskipun tentu saja masih bisa diperdebatkan. Namun demikian, menurut hemat saya, ada sejumlah catatan dari hasil survei tersebut.

Pertama, secara metodologi, hasil survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap tiga figur presiden tidak bisa ditarik kesimpulan siapa yang paling disukai dari ketiga nama yaitu Soeharto (23,8%) Joko Widodo (23,4%) dan Sukarno (23,3%) karena selisihnya kurang dari dari 1%, selisihnya masih di bawah ambang batas margin error 2,83 persen. 

Baca: 3 Tipe Orang yang Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona, Waspadai Penyebarannya

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini