Matahari sudah merambat condong ke barat ketika Doni Monardo dan rombongan memulai kegiatan resmi di Biak Numfor. Pukul 15.00 WIT, Doni langsung meluncur ke Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Biak Numfor.
Komentar singkat meluncur dari dokter BNPB, dr Riswandi Pasaribu pasca mengikuti kegiatan peresmian rumah sakit rujukan Covid-19 yang pembangunannya mendapat dukungan penuh Satgas Covid-19.
“Luar biasa... Fasilitasnya lengkap, tidak kalah dengan rumah sakit rujukan Covid-19 di Wisma Atlet,” kata dr Riswandi.
“Benar-benar standar internasional. Bed-nya pun sudah reclining,” imbuh Tommy Suryo Pratomo, Dubes RI di Singapura yang juga Tenaga Ahli Kepala BNPB.
Acara berlanjut ke aula Pemkab Biak Numfor. Rapat kerja penanganan Covid-19 bersama unsur Muspida yang diakhiri dengan penyerahan bantuan simbolis dari Ka Satgas Doni Monardo kepada Bupati Herry Ario Naap.
Bersamaan sunset di cakrawala Biak, pesawat rombongan Doni Monardo meninggalkan Lanud Manuhua Biak, menuju Lanud I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Makna tersirat dari serangkaian kegiatan Doni Moanaro adalah “sejarah yang berulang”. Strategi perang MacArthur tidak jauh dengan strategi perang Sun Tzu yang acap dilansir Doni Monardo: “Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Seribu peperangan, seribu kemenangan”.
Pandemi Covid-19 tak ubahnya siklus. Pandemi virus corona sudah berlangsung sejak November 2019 sampai hari ini.
Sebelum virus ini masuk, Indonesia juga sempat diguncang virus Flu Spanyol yang merenggut nyawa jutaan orang sejak Maret 1918 sampai September 1919.
“Sebelum obat dan vaksin ditemukan, tidak ada cara menanggulangi kecuali patuh dan taat pada protokol kesehatan. Setiap kita, wajib mamakai masker, wajib menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta wajib mencuci tangan memakai sabun,” pesan Doni Monardo. (*)