Pilar timnas itu adalah klub dan kompetisi.
Tim negara-negara yang dari waktu ke waktu berjaya seperti Brasil, Argentina, Spanyol, Belanda, Jerman dan Italia didukung oleh pemain-pemain pribumi dari dua atau tiga klub utama yang bermain dalam kompetisi yang teratur, ketat dan berkualitas.
Sadar atau tidak, Bayern Muenchen dan Dortmund adalah pilar timnas Jerman.
Ajax, PSV dan Feyenord adalah penyumbang pemain inti Tim Oranye. Spanyol akan selalu kuat selama 3 klub super ; Barcelona, Real Madrid dan Atletico berjaya.
Masih segar di ingatan kita ketika AC Milan, Inter dan Juventus lagi sangar-sangarnya di Eropa, Itali menjadi tim yang menakutkan.
Demikian juga di Amerika latin. Brazil menjadi digdaya karena dapat pasokan pemain dari 3 klub mereka yang bergantian juara kompetisi : Santos, Flamenco dan Sao Paulo.
Di Argentina, kehebatan dan kekompakan pemain-pemain River Plate dan Boca Juniors menyumbang kejayaan timnas untuk beberapa tahun lamanya.
Mundurnya prestasi klub-klub hebat, masuknya pemain impor yang mengantikan pemain pribumi serta hijrahnya pemain berbakat ke berbagai negara berimbas pada kekuatan timnasnya.
Brasil misalnya bukan lagi tim yang sulit dikalahkan setelah banyak pemain berbakatnya hijrah keluar negeri bermain di klub-tidak yang tidak lagi memainkan sepakbola ala Brasil.
Inggris sedang menikmati era emas dalam konteks di atas.
Klub-klub hebat seperti Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool dan Arsenal di beberapa musim belakangan ini mengandalkan banyak pemain Inggris pada posisi-posisi penting.
Mereka reguler bemain sebagai starter dan tidak jarang menjadi penentu kemenangan. Ini sangat membantu federasi dalam membangun timnas yang kuat.
Bermain di kompetisi ketat, keras dan panjang seperti di Eropah, klub mutlak memerlukan konsistensi dan daya tahan karena salah satu momoknya adalah keletihan dan cedera pemain.
Banyak klub yang grafik kemenangannya menurun dan gagal juara seiring dengan cederanya pemain-pemain utama.