News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pentingnya Kekuasaan Politik di Tangan Santri dan Saatnya Kiai dan Pesantren Berpolitik

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH. Imam Jazuli

Sekolah Politik Bina Insan Mulia hanya ingin berkonsentrasi pada pembekalan pengetahuan, keahlian, penyadaran, keyakinan dan memfasilitasi terbentuknya barisan (network) para santri senior yang telah memiliki modal sosial dan finacial di masyarakat.

Haruskah Menjadi Partisan Partai Politik?

Apakah seorang pimpinan pesantren harus terjun langsung di partai politik? Ini pilihan. Tapi banyak yang berpendapat sebaiknya tidak terjun langsung supaya dapat optimal mengurus pesantren dan supaya tetap dapat menyatukan umat untuk meraih tujuan-tujuan besar.

Terlepas mau terjun langsung maupun tidak, peranan yang perlu direbut oleh para kiai, para ulama, para pengasuh pesantren adalah ikut memperbaiki budaya politik dan mendorong sebagian santri untuk masuk ke gelanggang politik.

Apa yang bisa dilakukan oleh pesantren, para kiai, para ulama terhadap alumninya yang sudah punya modal sosial dan financial di masyarakat? Saya yakin banyak hal yang bisa kita lakukan asalkan kita mau melakukan dan mau membentuk barisan dan bersinergi.

Para kiai bisa menjadi motivator alumni pesantren agar terjun ke dunia politik. Motivasi ini penting bagi semua manusia. Kita bisa membayangkan para nabi saja masih dimotivasi oleh Allah dengan banyak ayat yang bisa kita temukan dalam al-Qur’an. Nabi Muhammad dimotivasi supaya “qum”. Nabi Musa dimotivasi supaya jangan takut atau jangan bersedih. Nabi Nuh dimotivasi jangan berkecil hati. Dan masih banyak lagi.

Daripada kita menjelek-jelekkan pihak barat atau pihak pemerintah, mari kita benahi apa yang terjadi di dalam. Kita perkuat barisan perjuangan santri. Lebih baik energi yang ada untuk memotivasi para santri bagaimana mereka berperan di masyarakat, dan salah satu kuncinya adalah masuk ke bidang politik bagi yang sudah mampu.

Para kiai juga dapat memberikan fasilitas seperti yang saya lakukan. Diundanglah tokoh-tokoh politik yang pernah nyantri atau para simpatisan perjuangan pesantren. Kita beri mereka kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan serta penyadaran. Saya yakin dari kegiatan ini akan muncul banyak ide konstruktif bagi perjuangan santri di politik.

Para kiai juga bisa memberikan dukungan yang disebut modal sosial (social capital) tanpa harus menjadi pemecah belah umat dengan menjadi partisan. Sudah banyak yang mempraktikkan bahwa modal sosial merupakan kunci untuk meraih kesuksesan di politik. Dan kita semua tahu bahwa bagi alumni pesantren tidak sulit untuk membangun modal sosial itu.

Saat santri-santri tersebut memegang kekuasaan politik, para kiai lebih mudah untuk memberi masukan dan peringatan apabila langkahnya menyimpang dari jalur rel. Kita paham bahwa begitu seseorang telah berkuasa, iblisnya jauh lebih banyak dan jauh lebih ahli sehingga banyak yang jatuh. Di sinilah para kiai bisa lebih mudah mengakses untuk mengingatkan (basyiron wa nadziron)

Sebagai sebuah perjuangan, tentu langkah ini tidak seperti orang makan cabe yang begitu digigit langsung terasa pedasnya. Kita melakukan ini untuk generasi mendatang. Dan itu terbukti, Hari ini sudah banyak peserta Sekolah Politik Bina Insan Mulia yang telah menjadi anggota legislatif di DPD, DPRD maupun DPR RI.

Pertanyaannya, bagaimana Pesantren Bina Insan Mulia menghadapi pemilu 2024 ? Tentu saja, saya akan meningkatkan Sekolah Pendidikan Politik Bina Insan Mulia lebih besar lagi, di tahun 2023 akan dibuka kembali pendaftaran untuk 700 Peserta, kedepan, Sekolah Pendidikan Politik Bina Insan Mulia akan dilaksanakan di Ballroom Aston Hotel and Convention Cirebon selama 3 hari penuh. Seperti biasa semua layanan ini bersifat gratis, dengan syarat pesertanya betul-betul calon legislatif berlatar belakang santri/kiai. ini bagian dari kontribusi Pesantren Bina Insan Mulai untuk Indonesia.

Without the BoX Thinking adalah rubrik khusus di tribunnews.com kanal Tribunner, berisi artikel tentang respon pendidikan Islam, khususnya pesantren terhadap perubahan zaman dan paparan best practices sebagai bahan sharing dan learning di Pesantren Bina Insan Mulia. Seluruh artikel ditulis oleh KH. Imam Jazuli, Lc, MA dan akan segera diterbitkan dalam bentuk buku. Selamat membaca.

*Penulis adalah Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2 Cirebon. Pernah dipercaya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. Penulis merupakan alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; juga alumnus Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; dan alumnus Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini