News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

 Telkomsel - GoTo Punya DNA Sama

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, saat pencatatan saham GoTo di Bursa Efek Indonesia (BEI)

       

Oleh Moch S Hendrowijono  *)

BUNTUT laporan keuangan PT Telkom Triwulan 1/2022 menyebut ada kerugian yang belum terwujud, dunia maya Indonesia pun dikeruhkan berbagai pendapat dan nyinyiran. Sampai Komisi VI DPR berencana menggelar panitia kerja (Panja) untuk mendalami aksi korporasi yang menyita perhatian publik itu.

Kerugian yang belum terealisasi, unrealized loss, dilaporkan sebesar Rp 881 miliar, dan itu  karena membeli saham GoTo pada tahun 2020, yang lalu jadi peluru tajam menembak ke sana – kemari. Telkomsel menjadi pemodal GoTo saat go public, disebut beraroma konflik kepentingan, karena Garibaldi Thohir, kakak kandung Menneg BUMN Eric Thohir adalah Komisaris Utama GoTo.

Pada Selasa (14/6) pagi, saat digelar pertemuan antara Komisi VI DPR dengan jajaran direksi PT Telkom dan PT Telkomsel, saham GoTo sudah naik 2,06 % atau 8 poin menjadi Rp 396. Kata Dirut PT Telkom, Ririek Ardiansyah, pertimbangan pembelian saham GoTo tidak hanya capital gain, untung-rugi, tetapi juga aspek yang lebih luas, antara lain soal potensi yang  nilainya (value) lebih besar dari nilai yang diinvestasikan.

Baca juga: Sejak Selasa, Harga Saham GOTO Terus Mengalami Penguatan

Telkomsel menanam modal ke GoTo sebesar 150 juta dolar AS pada November 2020, dalam bentuk obligasi konversi yang memberi harga Rp 270 per saham. Ketika Gojek merger dengan Tokopedia pada Mei 2021 dan Telkomsel mengonversi obligasinya serta melakukan uji saham GoTo di harga Rp 270, nilai keseluruhannya menjadi 450 juta dolar AS.

Tidak cuma Telkomsel yang berminat pada saham GoTo, investor asing pun berebut, sehingga saat pra-IPO, GoTo meraup dana sekitar 1,4 miliar dolar AS, ketika harga per sahamnya mencapai Rp 375. Angka ini lebih tinggi 39 % dibanding harga konversi saham Telkomsel di GoTo yang Rp 270 per lembar, sehingga Telkom mendapat gain yang belum terwujud sebesar Rp 2,5 triliun.

Kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Telekom, Heri Supriadi, laporan keuangan yang memunculkan soal kerugian yang belum nyata Rp 881 miliar, merujuk harga Rp 338/saham. Pihaknya melakukan mark to market sesuai PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan) 71, dan kerugian merupakan bagian dari gain yang Rp 2,5 triliun.

“Meski mencatatkan unrealized loss, Telkom masih membukukan gain (memperoleh keuntungan) yang belum direalisasikan (unrealized gain) dari investasi di GoTo,” katanya.

Soal konflik kepentingan, kata ekonom Indef (Institute for Development of Economics and Finance), Nailul Huda di media, investasi Telkomsel di GoTo merupakan keputusan bisnis seperti yang biasa dilakukan korporasi. Dan, semua investasi BUMN dapat dikaitkan dengan konflik kepentingan, yang sejatinya bertujuan menggoyang manajemen Telkom (Bisnis Indonesia, 14/6).

Baca juga: Ini Alasan Telkomsel Inves Rp 6,4 Triliun di GoTo

Nyaris tidak tumbuh

Investasi PT Telkom ke GoTo sebagai pemimpin pasar (market leader) sejalan dengan visi perusahaan menguatkan ekosistem teknologi digital yang memberi nilai tambah. Berbeda kalau Telkom investasi di perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan bisnis intinya, yang tidak membuat nilai perusahaan jadi lebih besar.

Hal demikian sudah dilakukan korporasi sejak abad lalu. Seperti pada 1914, DuPont, manufaktur kimia kawakan berinvestasi ke industri otomotif, General Motors (GM) yang usianya relatif muda, 6 tahun.

Strategi investasi lumrah di perusahaan besar yang cerdas. Mereka dituntut bertahan dan tumbuh secara finansial, tidak terjebak pada hanya mengembangkan pasar eksisnya.

Apalagi pasar tradisional Industri telekomunikasi saat ini nyaris tidak tumbuh. Jika masih menawarkan layanan jaringan dan solusinya, mereka hanya berupaya bertahan hidup. 

Umumnya industri telko menanam modal ke perusahaan rintisan yang relevan dengan bisnis utamanya. Fenomena korporasi besar menjadi venture mencatat ada empat tujuan, menurut studi yang dibuat Science Direct.

Baca juga: Tampil Memukau, Magnet Istora Bikin Carolina Marin Ngotot Bertanding Meski Belum Pulih 100 Persen

Peningkatan teknologi dan produktivitas, pertumbuhan ekonomi yang cepat ditunjukkan oleh perusahaan rintisan, dan intensitas pengembangan bisnis yang cepat. Terakhir, kepentingan nasional khususnya bagi start up yang dianggap sebagai aset.

Karenanya mustahil operator telko yang cerdas mengutamakan faktor capital gain semata. Perusahaan modal ventura miliki rencana panjang dibanding sekadar dividen, dan investasi Telkomsel  450 juta dolar pada November 2020 merujuk pada minimal empat tujuan itu.

Sebagai perusahaan telekomunikasi Telkomsel harus melakukan pemutakhiran teknologi, dan saat ini yang paling produktif adalah sektor digital. Sementara produktivitas GoTo sangat bergantung pada akses internet agar seluruh produk teknologi digitalnya berjalan optimal. Keduanya pun cocok.

 ARPU Gojek tinggi

Telkomsel menggagas ekosistem digital sebagai semangat baru, berkembang hingga membentuk anak perusahaan, PT TED (Telkomsel Ekonomi Digital). TED  banyak berperan dalam pengembangan bisnis masa depan berbasis digital. 

Pertumbuhan ekonomi digital dipilih pemerintah sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional dan GoTo yang berjalan di sektor ekonomi digital berkontribusi besar lewat layanan transportasi, konsumsi dan perdagangan. GoJek dan Tokopedia sudah jadi perusahaan pemimpin yang mengakomodir pelaku industri, UMKM hingga perusahaan besar, dipertemukan dengan para pemangku kepentingannya.

Sebanyak 2,5 juta mitra pengemudi Gojek potensial bagi Telkomsel karena menghabiskan paket data masing-masing Rp 75.000-an setiap bulan. Artinya pengeluaran ARPU (average revenue per user – pendapatan rata-rata dari tiap pengguna) pengemudi di atas rata-rata ARPU industri yang sekitar Rp 35.000.

Semua ekosistem GoTo tersambung akses internet yang disediakan Telkomsel, semua layanan terhubung ke nomor-nomor Telkomsel. Tingginya trafik membuka peluang integrasi berbagai aplikasi kelolaan PT TED ke ekosistem yang dibangun GoTo, seperti aplikasi MyAds, misalnya, punya proses bisnis yang melibatkan pihak ketiga.

Investasi perusahaan besar bisa jadi permainan strategis menuju kesepakatan yang lebih besar, yang merupakan cara mengurangi risiko akuisisi. Pada konsep akuisisi, tanggung jawab perusahaan pengambil cukup besar dan memiliki risiko lebih banyak.

Baca juga: Dirut Telkom Sebut Investasi Telkomsel di GoTo Sudah Penuhi Prinsip GCG

Kehadiran Telkomsel dalam konteks kepentingan nasional seperti yang diungkapkan Science Direct merupakan langkah tepat. Terlebih bila dikaitkan dengan DNA keduanya yang sama-sama memiliki ratusan juta pengguna dan sama menjalankan bisnisnya melalui digital.

Tidak ada yang menyangsikan sepak terjang GoTo. Valuasinya pada 2021 mencapai 32 miliar dolar, sekitar Rp 464 triliun.

Telkomsel melakukan upaya strategi investasi untuk meneruskan keberlangsungan bisnisnya. Investasinya pun mengucur ke mantan perusahaan rintisan kebanggaan  kebangkitan ekonomi Indonesia.

Tidak seperti Eastman Kodak, raksasa industri fotografi yang tewas mengenaskan karena menolak teknologi digital bagi masa depan fotografi, akhirnya bangkrut pada 2012. Beda Instagram, start up dengan aplikasi sharing konten foto yang di tahun yang sama ketika Kodak bangkrut, Facebook membelinya dengan nilai 1 miliar dolar, Rp 14,5 triliun. ***

*) Oleh Moch S Hendrowijono  adalah pengamat telekomunikasi dan mantan editor Harian Kompas

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini