Oleh Moch S. Hendrowijono *)
PERCEPATAN transformasi digital takkan terjadi jika kemampuan jaringan internet tidak mumpuni, tidak mendukung kebutuhan akses digital karena teknologinya usang yang tidak dapat dikembangkan. Salah satu agenda pemerintahan Presiden Joko Widodo, penghapusan (fadeout) jaringan 3G, Jaringan yang sudah melayani Indonesia 10 tahun lebih, ke generasi 4G.
Teknologi 3G menggantikan 2,75G yang mengakomodir penggunaan trasmisi data setelah penggunaan jaringan telekomunikasi berubah dari voice dan pesan ke layanan berbasis data (video, suara, dll).
Kecepatan semula 2 Mbps dianggap cukup, namun seiring dengan bertambahnya keragaman konten, kecepatan layanan digital, maupun bertambahnya pengguna, 3G sudah dianggap obsolete.
Standar kecepatan Google untuk unduh konten video YouTube sejalan jutaan video yang rata-rata beresolusi HD 720p dan rekomendasi mereka, kecepatan download minimal 2,5 Mbps. Sementara saat melakukan online meeting, Zoom menyarankan kepada pengguna kecepatan unduh 3,8 Mbps dan kecepatan unggah 3 Mbps.
Baca juga: Daftar Harga HP Xiaomi Bulan Agustus 2022, Redmi 10 5G hingga Redmi 9A
Semakin tinggi resolusi, kian tinggi pula kecepatan unduh yang dibutuhkan yang tak mungkin dipenuhi jaringan 3G dan ini diendus produsen perangkat. Xiaomi, misalnya, pada 2014 merilis smartphone berkapabilitas akses jaringan 4G, didahului Samsung saat merilis Galaxy S4, dan Value Edition jadi seri pertama yang disisipi chipset 4G.
HMD Global, pemegang brand Nokia yang mau tak mau ikuti perkembangan teknologi, sampai hari ini masih merilis features phone, tetapi berstandar 4G. Tidak ada lagi produsen yang hanya memproduksi ponsel 3G.
Produsen chipset untuk ponsel pintar atau tablet sejak lama bergegas menyiapkan prosesor-prosesor 4G/LTE dan Qualcomm memproduksi minimal chipset 4G, salah satunya adalah Snapdragon 680. Prosesor ini dirancang setelah Qualcomm melihat perubahan besar pada kebiasaan penggunaan smartphone.
Snapdragon 680 yang 4G itu mengakomodir pemutaran multimedia yang lebih panjang, mendukung game online yang makin butuh grafis dan reaksi cepat, juga kebutuhan fotografi. Qualcomm bahkan mengakui produk yang lebih cocok digunakan di smartphone entry level ini mampu men-support streaming video maupun audio dari konten-konten masa kini.
Jansen (32 tahun), seorang pemilik toko di bursa ponsel Roxy Mas Jakarta mengaku tidak lagi menjual ponsel 3G. “Enggak ada yang nanya, konsumen maunya 4G yang kameranya bagus, yang layarnya lebar,” ujarnya.
Tidak efisien
Ironis jika Indonesia masih mempertahankan jaringan 3G sementara industri terutama konsumen justru telah menikmati layanan 4G/LTE.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Telepon Seluler Seluruh Indonesia (ATSI), pemakaian jaringan 3G di Indonesia Juli lalu tinggal 10 persen dari keseluruhan trafik data seluruh operator di Indonesia.
Bagi operator, melayani minoritas sangat tidak efisien walau bagi konsumen tidak ada bedanya, mereka membayar sama untuk menggunakan jumlah data yang sama di 3G. Generasi ke-4 ini jauh lebih cepat, benefitnya lebih tinggi, sehingga dalam satu waktu, pengguna dapat mengunduh atau streaming lebih banyak daripada yang bisa dilakukan 3G.
Baca juga: Telkomsel Matikan Jaringan 3G di 140 Kota di Maluku dan Papua