Oleh Basuki Subianto
Pemerhati Sarang Burung Walet
Coba Anda cari, perusahaan mana di Indonesia yang mampu mengolah sarang burung walet menjadi makanan kaleng, suplemen kesehatan atau obat. Selama ini yang ada hanyalah mengolah sarang burung menjadi minuman atau beverges dan kosmetik. Atau di restauran yang menjual sup sarang burung harganya Rp 500 ribu - 1 juta semangkok/100 ml.
Sarang burung walet yang harganya 25 juta/kg tentunya bukan barang sembarangan. Sayangnya kita belum bisa membuka tabir rahasia kehebatan sarang burung yang berasal dari air liur burung walet itu.
“Sarang burung walet sangat kaya nutrisi,’ kata Prof Dr Mangestuti Agil MS Apt ahli herbal dari Unair.
Dilansir dari situs Astrophysics Data System diuraikan, dalam sarang burung walet terkandung 26 jenis nutrisi dan gizi yakni Alanin, Arginin, Asam Amino, Asam Arpatat, Asam Glutamat. Asam Sialat, Fenilalanin, Fukosa, Galaktosa, Galaktosamin, Glisin, Glukosamin, Histidin, Isoleusin, Karbohidrat, Lemak, Leusin, Lisin, Metionin, Prolin, Protein, Serin, Tirosin, Treonin, Valin dan air.
Kita kalah jauh dengan China. Para tabib dan sinshe di China sudah lama membuka tabir rahasia kehebatan sarang burung walet. Cuma mereka merahasiakan resepnya. Selain sebagai makanan tradisi dan budaya, sarang burung walet sebagai pengobatan dan suplemen kesehatan.
Presiden China Xin Jinping mampu berdiri pidato 5 jam dengan pikiran yang segar, konon ia mengkonsumsi makanan yang berbasis sarang burung walet. Begitu pula para astronot mampu dua hari tidak makan namun nutrisinya terpenuhi dengan menelan satu dua bitir pil yang berbasis dari sari burung walet.
China memang pemborong sarang burung walet terutama dari Indonesia karena kualitasnya yang terbaik dibanding dari Malaysia dan Thailand. 80 Persen kebutuhan sarang burung walet di China atau 1.500 ton/tahun impor dari Indonesia.
Kalau dulu pengusaha sarang burung walet di Indonesia bisa langsung ekspor dalam kondisi mentah, tapi kini harus dibersihkan dulu, dipanasi 70 derajat dan syarat-syarat lain yang memberatkan pengusaha kita. Yang bisa ekspor langsung ke Cina dibatasi 23 perusahaan, padahal kita punya ratusan pengusaha sarang burung walet.
Sudah waktunya kita meneliti dan bereksperimen untuk membukan tabir rahasia kehebatan sarang burung walet ini untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Secara historis China punya sejarah panjang dengan sarang burung walet. Konon ketika Laksamana Cheng Ho ke Indonesia, di tengah jalan mereka kehabisan bahan makanan. Cheng Ho kemudian memerintahkan anak buah kapal untuk merapat ke sebuah pulau untuk mencari makanan.
Di tebing yang curam anak buah kapal menemukan banyak sarang burung walet. Kemudian dibawa ke kapal lalu dimasak. Esok harinya reaksi dari sarang burung walet itu membuat badan anak buah kapal segar bugar. Laksamana Cheng Ho akhirnya mengambil banyak sarang burung walet untuk dihadiahkan kepada Kaisar Ming.
Maka sarang burung walet menjadi makanan bergengsi di China. Tradisi itu sampai sekarang, bagi warga China terutama di hari - hari besar seperti Imlek. Tak hanya sampai di situ para sinshe di China seolah berlomba memecahkan misteri sarang burung walet dengan berbagai ramuan dan herbal, sebagai obat dan suplemen kesehatan yang harganya menjadi sangat mahal.
Sebuah pil untuk kesehatan dan vitalitas pria yang berbahan dari sari pati sarang burung walet, harganya bisa mencapai Rp 100 juta - Rp 200 juta/butir. Konsumenya tentu orang kaya. Bahkan ada yang dikemas seperti saos atau kecap yang dituangkan dalam makanan, harganya juga mahal. Karena makanan yang diberi cairan dari olahan sarang burung , membuat badan sehat dan segar. (*)