PKB, Selamat atas Prestasi Tiga Besarnya
*Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA.
TRIBUNNEWS.COM - Apresiasi yang sangat-sangat besar teruntuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), atas prestasinya menjadi tiga besar di papan skor partai politik Indonesia. Hal itu diketahui setelah dipublikasikannya hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dimana elektabilitas PKB masuk tiga besar.
Di satu sisi, temuan riset berbasis survei oleh SMRC adalah kenyataan. Di sisi lain, itu sebuah tantangan besar. Betulkah pendukung PKB memang begitu massif sampai mengangkat PKB ke peringkat tiga besar? Tentu saja, jawaban pasti atas pertanyaan tersebut adalah Pemilu 2024 nanti.
Menuju proses pembuktian tersebut, kader PKB hanya punya waktu 1 tahun sebelum Pemilu. Dalam rentang waktu yang begitu singkat, mampukah para kader PKB yang menjadi wakil rakyat dan membuktikan keberpihakan mereka kepada rakyat? Jawaban untuk itu bisa kita nilai sendiri sejak sekarang dan ke depannya.
Baca juga: Tiga Besar di Survei, Legislator PKB: Ini Berkat Kerja Keras dan Kerja Sama Seluruh Kader
Untuk itulah, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengingatkan kepada para kadernya; jangan pernah terlena dengan prestasi yang ada. Tetaplah bekerja keras untuk membela kepentingan rakyat.
Presentasi tinggi di satu sisi memang sangat penting. Namun tidak kalah pentingnya adalah kerja keras untuk membuktikan bahwa prestasi tersebut memang layak. Apalagi Ketum PKB Cak Imin menyebutkan bahwa suara PKB di Jawa Timur masih 24 persen dari target 30%. Artinya, belum ada waktu istirahat. Ini saatnya untuk terus berkeringat demi rakyat.
Sejatinya target 30% dukungan bukan saja di Jawa Timur. Idealnya target yang sama juga dipatok untuk daerah-daerah lain se-Indonesia. Hanya saja, bagaimanapun angka realistis harus diterima, sebab Jawa Timur adalah salah satu basis massa PKB terbesar, dengan banyaknya pondok pesantren besar yang berpengaruh dan jamaah Nahdliyyin yang fanatik PKB.
Selain itu, secara kuantitatif, mematok target 14 % dari total suara pada Pemilu 2024 nanti adalah syarat minimal untuk tetap menduduki peringkat tiga besar. Untuk naik peringkat menjadi dua besar, PKB butuh dukungan 5-8% lagi dari total suara sah (PKB pada Pemilu 2019 lalu sebesar 9,69 persen). Ini adalah tantangan besar yang tidak mudah.
Karena itulah, penulis memiliki keyakinan bahwa kolaborasi intim antara PKB dan NU sebagai induk semangnya adalah kekuatan besar yang menakutkan. Bahkan, dukungan penuh NU akan menambah sekitar 20% suara untuk PKB Nasional. Ini dihitung secara kasar dari jumlah warga NU keseluruhan.
Artinya, secara hitungan pragmatis, warga Nahdliyyin bisa mengabdi kepada umat, bangsa dan negara hanya dengan menyatukan kekuatan PKB dan kekuatan NU. Dengan catatan, kekuatan struktural dan kultural solid. Jika kekuatan tidak solid, maka ini berdampak pada sulitnya menyatukan kekuatan PKB dan NU. Pada gilirannya, warga Nahdliyyin hanya bisa pasif dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemilu 2024 bisa dikatakan adalah momentum menyatukan dua kekuatan besar milik Nahdliyyin, yaitu NU dan PKB. Bukan mustahil mereka akan menjelma kekuatan kuda hitam yang akan memenangkan Pemilu 2024. Dengan kata lain, Pemilu 2024 menghidangkan kesempatan bagi warga Nahdliyyin untuk mengikat erat kembali hubungan NU dan PKB, yang pada gilirannya berpotensial untuk memimpin bangsa dan negara ini.
Namun, memang tidak mudah bagi warga Nahdliyyin. Di tengah prinsip sebagian elit struktural NU yang labil, PKB masih mampu membuktikan dirinya masuk ke dalam tiga besar parpol di Indonesia. Kerja keras kader-kader PKB memang patut diacungi jempol, terlebih kepemimpinan Cak Imin yang ulet, tekun, sabar dan lincah. PKB pantas di urutan ketiga.
Ke depan, yang paling penting bagi PKB tiada lain adalah naik peringkat menjadi dua besar. Satu saja alasannya; ini bukan masalah ambisi politik melainkan di negeri seperti Indonesia, kekuasaan masih menjadi satu-satunya ladang dakwah dan pengabdian kepada masyarakat yang paling efektif.
Walaupun banyak ranah-ranah lain di luar politik, semua itu masih belum bisa menandingi efektifitas politik itu sendiri. Kita bisa mengabdi pada umat, bangsa dan negara melalui jalur kebudayaan, sosial, keagamaan, ekonomi dan lainnya, tetapi ranah politik jauh lebih efisien, efektif, dan berpengaruh yang besar.
Namun, ranah politik sangat terjal, banyak godaan dan halangan. Jika tidak berhati-hati maka akan jatuh dan sirna. Karena itulah, tidak mudah apa yang dilakukan oleh para politisi, terutama politisi PKB, yang telah mengabdi pada bangsa dan negara di jalan yang sulit ini.
Melihat pencapaian PKB hari ini, rasa terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, baik mewakili mereka yang melek politik maupun yang masih buta. Sebab, mustahil mencapai peringkat tiga besar jika tidak dibuktikan dengan kenyataan dan pengabdian. Terlalu banyak partai politik yang didirikan tetapi mereka kembang kempis, karena tidak diikuti oleh pengabdian kepada rakyat.
Alhasil, peringkat tiga besar PKB sepadan dengan pengabdiannya kepada rakyat selama ini. Di masa-masa mendatang, naik peringkat adalah tugas fardhu ain yang tidak boleh diabaikan. Sementara mencapai prestasi itu hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu membuktikan ketulusannya mengabdi pada rakyat. Semoga tercapai di Pemilu 2024 nanti. Amin.[]
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.*