Maka, perlu dilakukan eskalasi bagi kegiatan penelitian dan pengembangan (Litbang) di dalam negeri, baik untuk keperluan memproduksi barang modal serta peningkatan maupun perluasan nilai tambah setiap komoditas SDA.
Dalam konteks itu, pemerintah dan para ilmuwan hendaknya semakin komunikatif dan memberi ruang lebih leluasa bagi para periset dan inovator. Dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun diharapkan tampil dengan ide dan temuan-temuan baru yang relevan.
Misalnya, terkait dengan mekanisme baru untuk optimalisasi proses produksi yang ramah lingkungan, aspek pengelolaan limbah, aspek mutu produk hingga strategi meningkatkan partisipasi masyarakat lokal.
Hambatan klasik berupa ego sektoral harus dihilangkan, karena hilirisasi SDA menuntut koordinasi lintas institusi yang efektif, termasuk koordinasi pusat-daerah. Presiden dan kabinetnya patut menggarisbawahi aspek ini agar tidak ada institusi yang mengambil peran minimalis. Utamanya berkait dengan peningkatan kompetensi SDM. Tentang kompetensi SDM seperti apa yang sangat dibutuhkan untuk transformasi ekonomi itu bisa dirumuskan oleh para tenaga pendidik berdasarkan masukan dari periset dan inovator.
Baca juga: Bermartabat jika Menyoal Kurangnya Tenaga Pendidik
Dalam konteks itu, sektor pendidikan nasional pun didorong untuk segera memberi tanggapan. Ketika negara-bangsa mulai melakukan percepatan transformasi ekonomi dengan program hilirisasi SDA, sektor pendidikan diharapkan aktif mengidentifikasi keahlian apa saja yang paling dibutuhkan. Jangan ragu untuk melakukan penyesuaian kurikulum demi menghasilkan generasi muda yang berkeahlian sesuai kebutuhan.
Hilirisasi, at all cost, harus dilaksanakan dengan konsisten. Konsistensi diperlukan agar sektor industri Indonesia terdorong melakukan pendalaman, dengan mengolah ragam komoditas SDA menjadi produk akhir bernilai tambah tinggi dan kompetitif di pasar global.
Selain itu, hilirisasi SDA akan menumbuhkembangkan ragam sub-sektor industri di dalam negeri. Berkembangnya keanekaragaman sub-sektor industri itu sudah barang tentu akan membuka sangat banyak lapangan pekerjaan.
Mata rantai hilirisasi SDA akan menghadirkan manfaat berlipat ganda, karena dimulai dengan proses pengadaan bahan baku untuk kemudian diolah industri manufaktur menjadi barang jadi dengan nilai tambah yang tinggi. Kalau mata rantai hilirisasi terwujud di sektor pertambangan, pertanian, perkebunan hingga sektor perikanan, akan terbuka puluhan juta lapangan kerja.
Perubahan zaman menghadirkan momentum yang sungguh menguntungkan bagi Indonesia karena sejumlah komoditas SDA sangat dibutuhkan pasar global; dari emas, tembaga, bauksit, nikel, timah, batu bara, kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, rumput laut, teh dan rempah-rempah lainnya. Bertekad tidak lagi menjual bahan mentah, perekonomian nasional segera bertransformasi dengan hilirisasi SDA guna memperbesar nilai tambah semua komoditas SDA itu.
Momentum sekarang ini hendaknya jangan disia-siakan. Kepemimpinan Prabowo Subianto diyakini mampu mewujudkan transformasi ekonomi nasional demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Baca juga: Bertemu Menteri Pertanian, Bamsoet Apresiasi Kesiapan Kementan Realisasikan Program Makan Bergizi