Oleh: Bung Fai
Peneliti Lembaga Pendidikan Politik Dignity Politica / Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) telah menjalani dua periode sebagai kepala negara Indonesia, memimpin berbagai program pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, serta mendorong kebijakan pro-rakyat.
Dengan masa jabatannya yang segera berakhir, muncul pertanyaan: kemana sebaiknya langkah Jokowi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden?
Peran di Tingkat Internasional
Setelah keluar dari panggung politik domestik, Jokowi berpeluang memainkan peran signifikan di kancah internasional.
Dengan pengalaman memimpin negara berpenduduk lebih dari 270 juta orang dan latar belakang kebijakan pro-ekonomi hijau serta diplomasi pragmatis, Jokowi bisa menjadi penasihat atau duta besar untuk isu-isu global seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, atau perdamaian dunia.
Posisi di lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, atau Forum Ekonomi Dunia (WEF) bisa menjadi platform ideal baginya.
Di sini, Jokowi dapat memanfaatkan rekam jejaknya yang dikenal sebagai pemimpin yang ramah, pragmatis, dan fokus pada hasil nyata.
Berbagai kebijakan infrastruktur serta peningkatan kesejahteraan sosial di Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara berkembang lainnya.
Ia juga dapat berbicara untuk kawasan Asia Tenggara dalam hal geopolitik, ekonomi, dan diplomasi, mengingat peran Indonesia yang semakin penting di wilayah ini.
Keterlibatan dalam Konsolidasi Partai Politik
Jokowi adalah salah satu figur sentral di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengantarnya ke kursi kepresidenan.
Setelah tak lagi menjabat, ia bisa menjadi tokoh penting dalam konsolidasi partai, memberikan panduan bagi para kader dan pemimpin muda yang ingin melanjutkan warisannya.
Sebagai tokoh senior, Jokowi bisa berperan sebagai mentor, memperkuat posisi PDI-P di masa depan dan membentuk kepemimpinan baru yang dapat membawa partai ke kemenangan di pemilu-pemilu mendatang.
Selain itu, Jokowi juga memiliki kemampuan untuk menjadi mediator atau penengah dalam konflik politik internal di partai atau antara partai politik lain.
Dengan caranya yang cenderung tidak konfrontatif, Jokowi bisa membantu menciptakan harmoni di tengah perpecahan politik yang kerap terjadi di Indonesia.