News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Khas Daerah

NEWSVIDEO: Gedung Sekolah di Sambas Dikira Kandang Ayam

Editor: Bian Harnansa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Reporter Tribun Pontianak, Dhita Mutiasari

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS -Belajar dalam kondisi memprihatinkan harus dijalani siswa-siswi SD Jauh atau SD Villial di Sungai Daun Dusun Sempata Desa Balai Gemuruh Kecamatan Subah Sambas, Kalimantan Barat. Meski begitu mereka tetap semangat menuntut ilmu gedung sekolah yang bagi sebagian orang dikira kandang ayam ini.

Di bangunan berlantai tanah, berdinding bilah anyaman bambu dan beratap rumbia yang sebenarnya jauh dari kesan layak untuk namanya Sekolah Dasar. Namun kenyataannya ada sekitar 33 murid sekolah dasar yang mengenyam pendidikan setiap hari di SD Jauh atau SD Villial ini.
Padahal dari sisi infrastruktur lokasinya berada ditepi jalan Raya beraspal mulus Subah - Ledo dan sekitar 3 KM dari Kantor Camat Subah atau sekitar 47 KM dari Ibu Kota Kabupaten Sambas. Sehingga tentu saja sekolah ini selalu dilewati arus masyarakat Sambas- Bengkayang.

"Sekolah ini dibangun masyarakat Sungai Daun dan Sungai Oreh. Kalau disini musim hujan sering kebanjiran, sehingga kita setiap hari Sabtu siswa dan guru memungut batu di pinggir jalan agar lantainya tidak becek,"ujar satu diantara guru Yovita S.Ag (30) kepada Tribun, Senin (11/5).

Bersekatkan dinding terpal seadanya, sekolah yang baru berdiri hampir setahun atas swadaya masyarakat setempat ini dibagi kedalam 3 ruangan diantaranya kelas I, II dan III dengan meja dan kursi seadanya. Tak ada sarana apa-apa layaknya sekolah di kota, hanya tergantung satu alat peraga sedanya di dinding belakang siswa belajar.

Sementara satu ruangan lainnya yang dijadikan kantor guru hanya berupa ruangan sempit diisi 2 buah meja untuk menempatkan beberapa buah buku pelajaran dimana beberapa diantaranya dalam kondisi basah pasca terkena hujan beberapa waktu lalu.

"Kalau ruangan guru ini, kami juga sama siswa yang membuatnya dari kayu simpiran (bekas), kami nukang sendiri,"ungkap Yovita.

Memang sangat memprihatinkan dan jauh dari kesan layak, bahkan kadang pengendara yang tidak mengetahui ini adalah sekolah diakui kerap yang mengira sekolah ini layaknya kandang kambing atau kandang ayam.

"Tapi mau dibagaimanakan lagi, karena inilah sekolah kita dan disinilah anak-anak mendapatkan ilmu,"jelasnya.

Bersama 2 guru lainnya yakni Oktaviana Ayu (22) dan Elvi (25) inilah, Yovita mengabdikan diri sebagai guru honorer atas permintaan warga setempat untuk mendidik generasi anak bangsa. Sementara 33 siswa yang bersekolah disini diantaranya terbagi untuk kelas 1 berjumlah 7 orang, kelas II berjumlah 8 orang dan kelas III berjumlah 8 orang dan rata-rata berasal dari dua Desa atau wilayah yakni Sungai Daun dan Oreh.

Dikatakan oleh Elvi, sekolah SD Jauh atau Villial sendiri merupakan pecahan dari SDN 1 Balai Gemuruh yang letaknya sekitar 3 Km dari SDN Balai Gemuruh di pusat Kecamatan Subah ini. Lantaran selama ini warga mengeluh jauhnya jarak tempuh yang dijalani anak-anak mereka berjalan kaki yang bahkan bisa mencapai 6 KM dari Sungai Oreh. Sehingga menginisiasi terbentuknya sekolah ini memisah diri secara bangunan fisik dari SDN 1 Balai Gemuruh yang disepakati letaknya di perbatasan antara wilayah sungai Daun dan Sungai Oreh.

"Karena ini kemauan warga yang menginginkan ada sekolah di sini, karena selama ini kasihan anak kelas 1 hingga kelas kelas 3 biasanya tidak sampai kesekolah kadang hanya main dibawah jembatan sampai jam 3 sore padahal tidak ke sekolah, sehingga dibuat sekolah ini namun maasih menginduk di SD Subah,"ungkapnya.

Sama seperti proses belajar mengajar di sekolah lainnya baik materi pelajaran yang diajarkan, hanya saja untuk sarana dan prasarana di sekolah ini saja yang terbatas. Kendati masih mendapatkan dukungan dari SDN Balai Gemuruh, namun SD Jauh ini tidak mendapatkan sepenuhnya sarana seperti siswa di sekolah Induk.

"Kalau buku kita dikasih dari SD induk, tapi itu pun masih kurang, seragam juga,"jelas Yovita.
Sementara satu diantara siswa, Sorat mengaku tetap antusias belajar kendati dengan kondisi seadanya ini. Senang, apalagi pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika,"ungkap bocah yang memiliki cita-cita menjadi TNI ini.

Ia mengaku sekarang tak perlu jauh-jauh lagi untuk bersekolah lantaran sudah bisa menjangkau di SD yang dibentuk gotong royong oleh masyarakat ini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini