News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Video Populer Pekan Ini

Ricuh, Aksi Unjuk Rasa Pegawai Rumah Sakit Marzoeki Mahdi

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Reporter Tribun Bogor, Ardhi Sanjaya

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR BARAT - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pegawai Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (14/12/2015), mendadak ricuh saat seorang perwakilan dari Kementerian Kesehatan berbicara menggunakan pengeras suara.

"Ini merupakan hal memalukan di dunia kesehatan, siapa yang akan bertanggung jawab di sini, maju sini ke depan, kamu!" tunjuknya pada seorang pegawai wanita RS Marzoeki Mahdi.

Wanita itu pun lantas maju ke barisan paling depan, tepat di depan pria berkemeja putih dan berdasi biru itu berdiri.

Melihat rekannya diperlakukan seperti itu, puluhan pegawai lain pun ikut maju ke depan menghampiri pria yang terus menantang para pegawai untuk berbicara empat mata di dalam ruangan.

"Bapak ini yang sopan kalau bicara, yang bertanggung jawab saya, bapak mau apa? Urusan kita berdua belum selesai pak, lihat saja nanti," teriak seorang pria.

Perwakilan dari Kementerian Kesehatan tersebut menuding, bahwa akibat dari aksi unjuk rasa itu, pelayanan di rumah sakit terhenti.

"Pelayanan tetap jalan pak, UGD jalan, semua normal," ujar para pegawai.

Tak terima dengan perilaku arogan pihak Kemenkes tersebut, puluhan pegawai mencoba untuk menghampirinya, namun dihalangi beberapa petugas Kepolisian.

Untuk meredam emosi pegawai, Kapolsek Bogor Barat, Kompol Indrat Ningtias pun melerai dan membawa masuk perwakilan Kementerian Kesehatan ini untuk melakukan mediasi mengenai tuntutan pegawai.

Seperti yang diketahui, ratusan pegawai Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Kota Bogor menuntut jajaran direksi rumah sakit untuk mundur dari jabatannya.

Tuntutan agar direksi RS Marzoeki Mahdi mundur karena uang yang diterima pegawai dari jasa pelayanan yang tadinya Rp 3 juta, turun menjadi Rp 2 juta.

"Bukannya naik, penghasilan kami dari jasa pelayanan malah turun sejak direksi dipimpin orang-orang itu," kata seorang pegawai RS Marzoeki Mahdi, Taufanudin kepada Tribun.

Penurunan penghasilan ini, dituding akibat dari menurunnya pendapatan rumah sakit.

"Tapi penghasilan orang ini tetap saja besar, kalau income itu turun yah itu kan tanggung jawab manajemen, bukan kami," katanya.

Untuk menyuarakan aspirasinya, para pendemo membawa empat keranda mayat yang ditutupi kain hitam.

Setiap keranda mayat diberi tulisan besar berwarna putih, di antaranya yakni tulisan "Direktur", "Keperawatan", dan "Direktur Utama".

Selain itu, pendemo juga membawa poster bertuliskan "Angkat Kami Menjadi Pegawai BLU" dan "Koruptor Rata-rata Berkerah".(

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini