Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Theng Sai, patung singa yang terbuat dari bahan tepung terigu, gula pasir dan kacang ini, wajib ada dalam perayaan imlek dan Cap Go Meh.
Patung singa Theng Sai, akan disajikan bersama gula-gula berbahan baku gula merah dan kacang tanah. Gula-gula yang jadi pelengkap tersebut nantinya dapat dinikmati keluarga maupun kerabat yang berkunjung.
Yongky (63), merupakan satu di antara pengrajin Theng Sai yang masih bertahan hingga kini. Ia meneruskan usaha leluhurnya.
"Harga jualnya variasi, tergantung ukuran, kalau yang paling kecil harganya Rp 50 ribu, kalau sedang Rp 65 ribu, kalau yang besar sekitar Rp 300 ribu," terangnya di kediamannya di Gang Gajahmada 14 No 83, Jl Gajahmada, Pontianak Selatan, Minggu (31/1/2016)
Theng Sai menurut Yongky digunakan dalam sembahyang pada awal tahun. Sebagai wujud meminta rejeki, keberuntungan atau bahkan meminta jodoh dan keturunan.
"Tergantung permintaan orang yang bersangkutan. Sesuai dengan yakinnya dia minta apa, dia bawa pergi sembahyang ke vihara. Inikan namanya kepercayaan, tradisi yang sudah dari nenek moyang," jelasnya
Yongky tak hanya membuat Theng Sai saat warga keturunan Tionghoa menyambut perayaan Imlek dan Cap Go Meh saja. Dalam setahun, pria berusia 63 tahun ini menerima permintaan pelanggannya hingga mencapai 300 Theng Sai. Pelanggannya ada juga dari mancanegara, seperti Malaysia. Namun, semua yang memesan adalah pelanggan lamanya.
Dalam sehari, Yongky bersama lima pekerja lainnya mengerjakan sekitar sepuluh Theng Sai. Untuk mencapai 300 pesanan tersebut, ia harus menghabiskan waktu selama satu bulan.
Rumitnya pola dan motif Theng Sai karyanya ini, seluruh proses pembuatannya dilakukan secara manual menggunakan tangan. Seluruh bahan dijadikan satu adonan layaknya pembuatan kue, yang kemudian dipola saat adonan masih dalam kondisi panas.