Namun, kemampuan dan potensi alam yang dimiliki tidak bisa langsung digunakan. Harus ada pelatihan yang rutin dilakukan.
"Waktunya juga tidak sebentar, bertahun-tahun," katanya.
Ritual yang dilakukan satu hari sebelum perayaan Cap Go Meh ini, dimaksudkan sebagai minta berkah dari para dewa.
Dipilih lewat mimpi dan kejadian unik, para Thang Sin ini dilarang makanan yang bernyawa. Thang Sing atau mediator yang berkomunikasi dengan para dewa ini, rupanya bukan sembarang orang.
Mereka dipercaya oleh orang TiongHoa adalah orang-orang yang dipilih langsung oleh para dewa.
"Kitanya sendiri yang mau itu tidak bisa, harus memang ditunjuk langsung," kata seorang Thang Sin, Deden (32), kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (21/2/2016).
Menurutnya, kebanyakan dari Thangsing merupakan keturunan dari sanak keluarga. "Ada juga yang memiliki bakat alami, tapi tetap harus dilatih terus potensinya, tidak bisa begitu saja," ujarnya.
Ciri khas dari para Thang Sin ini, kata Deden, terlihat pada tulang rusuknya., "Tulangnya jarang," katanya.
Thang Sin yang tergabung dalam sebuah paguyuban ini, selalu mengisi ritual di berbagai Vihara. Setiap Thang Sin merupakan perwakilan dari setiap Vihara di beberapa Kota.
"Ada yang dari Jakarta, Cileungsi, Jonggol, Bekasi, Tangerang, Bogor, kalau ada yang butuh yah kami datang," katanya.
Selain latihan, mediator yang kerap menyayat lidahnya saat ritual ini, juga mempunyai pantangan. "Globalnya yah tidak boleh maksiat, apapun yang bertentangan dengan agama," ujarnya.
Selain itu, dalam hal makanan pun mereka mempunyai ketentuan sendiri. Makanan seperti ikan, ayam dan berbagai bahan makanan yang hidup, tidak boleh dimakan.
"Jadi makannya ya tahu tempe, sayur, kalau telur apa lagi ikan itu tidak boleh," kata Deden.