Laporan wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Di Bandar Lampung, ada komunitas yang menekuni alat musik biola. Mereka menamakannya Kobila, kepanjangan dari Komunitas Biola Lampung.
Komunitas ini, biasa berkumpul secara rutin di hari Minggu setiap pekannya, di Taman Beringin, Universitas Lampung (Unila).
Dari kejauhan tampak sayup sayup irama gesekan biola mendayu melalui aliran udara, masuk melalui telinga dan berkumpul meresap ke dalam hati.
Delapan orang tampak berlatih di area taman. Ada apakah gerangan yang membuat suara biola mampu merasuk ke dalam jiwa? Tribun menemui Ketua Kobila, Teguh Wicaksono untuk berbincang lebih lanjut mengenai komunitas tersebut.
Menurutnya, benar adanya bahwa salah satu alat musik yang memiliki suara terindah adalah Biola.
Ini dikarenakan, hasil suara yang dikeluarkan darinya merupakan cerminan dari si pemainnya sendiri. “Ada yang sangat merdu hingga mampu menyayat hati, ada yang biasa saja itu tergantung dari yang menggeseknya," terang Teguh.
Masing-masing orang, lanjut dia, memiliki soul atau penghayatannya sendiri. Di situlah uniknya biola bisa mencerminkan jiwa pemainnya.
Teguh mengatakan, langkah pertama ketika seseorang ingin belajar biola adalah belajar menjepit biola dengan bahu dan dagu/rahang pinggir. Jika sudah menguasai teknik tersebut, tahap selanjutnya adalah belajar nada. Setelah itu, belajar menggesek.
Nah, untuk mengeluarkan nada pada biola tersebut tidak segampang yang dikira. Ada teknik yang harus dilakukan si pemain agar biola dapat mengeluarkan nada yang tepat.
“Kalau jari kita menekan terlalu keras atau terlalu lembut justru suaranya tidak akan keluar, Jadi jari tangan harus menekan senar biola dengan sedang atau pas agar suara dapat dihasilkan melalui bow (alat gesek Biola),” terang Teguh.
“Jika pemain biola sudah menguasai teknik menggesek, maka selanjutnya mereka akan diajarkan bagaimana bermain biola dengan membaca not balok. Nah di Kobila semua langkah dari awal tersebut kita ajarkan kepada yang berminat ingin belajar Biola,” tuturnya.
Sesulit apapun memainkan biola bukan masalah berarti selama ada kemauan mempelajarinya. Di Kobila siapapun dapat bergabung, baik yang memang sudah sudah bisa bermain biola atau yang baru ingin belajar.
“Syaratnya adalah memiliki jiwa tekun ingin belajar dan memiliki Biola, namun kalau belum punya pun kita bisa meminjamkannya,” kata Teguh.
Anggota Kobila, Tommy menuturkan, bergabung di komunitas ini karena punya keinginan belajar dan berbagi pengetahuan tentang memainkan alat musik tersebut. Alasannya, musik yang dilahirkan dari biola dinilai romantis.
“Siapapun yang mendengarkan alat musik yang satu ini, pasti jiwanya bakal tergunjang-tergunjang oleh keindahan harmonisasi suaranya,” ucap Tommy.