Makam Mbah Jangkung dipindah, bergabung bersama makam Mbah Anon, Mbah Lalangbuana dan Raden Surya Kencana yang lokasinya tidak jauh dari kuburan dekat Gor Pakansari.
Sementara itu, Tokoh Agama Pakansari, Ustaz Atep Miftahudin menambahkan pemotongan hewan kambing hitam itu dilakukan merupakan bagian dari adat warga di wilayahnya saat akan memindahkan makam.
"Sebenarnya enggak memotong kambing pun bukan masalah, tapi ini cuma bagian dari adat dan kebiasaan saja," terangnya.
Bahkan, sambungnya, pada zaman dahulu jika akan memindahkan makam yang dikeramatkan itu harus melakukan berbagai macam ritual hingga pemotongan kambing yang berwarna hitam.
"Kalau dulu harus pakai kambing hitam, kebetulah kami juga ada kambing hitamnya," kata dia.
Dia juga menegaskan, jika kambing yang dipotong oleh warga ini tidak ada satu pun bagian tubuhnya dipendam sebagai sesajen kepada ahli kubur yang bisa berujung pada kemusyrikan.
Namun, seluruh bagian tubuh kambing tersebut dibagikan kepada para janda dan anak yatim yang bermukim disekitar pemakaman itu.
"Semua disedekahkan untuk janda dan anak yatim, termasuk kaki dan bagian kepala kambing itu dibawa oleh warga yang menggali kubur untuk dimasak," terangnya.
Dia berharap, prosesi pemindaham makam ini berjalan lancar tanpa ada kendala dari manapun sehingga warga yang bermukim diwilayah Pakansari menjadi tenang.
"Yang penting kami minta semuanya lancar dan Pemda yang punya hajat juga dimudahkan sehingga warga disini tenang. Makannya, kami awali dari makam Mabah jangkung ini. Kalau semua lancar. isyaallah pemindahan makam yang lain pun tidak ada kendala," pungkasnya. (*)