Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK -- Ratusan aktivis yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Peduli Indonesia (APPI), yang terdiri dari Puskomda Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Se-Kalbar, KAMMI Kalbar, GMSPP serta Remaja Mujahidin mengutuk pembantaian massal yang terjadi di Aleppo, di Bundaran Tugu Digulis Untan, Rabu (4/5/2016) sore
Sekjen Puskomda FSLDK Kalbar, Aswan, mengatakan pihaknya mendesak Komisi HAM PBB untuk mengadili pembantaian di Suriah.
"Mendesak pemerintah Indonesia dan OKI, dalam menyelesaikan konflik di Suriah. Mengajak seluruh warga Indonesia dan dunia untuk mengutuk pembunuhan masal di Aleppo, Suriah," ujarnya.
Selain itu, para aktivis juga mengajak seluruh umat muslim dunia, turut mendoakan perjuangan warga Suriah, agar diberi kesabaran dan kemenangan oleh Allah SWT.
Aswan menguraikan, sejak lima tahun terakhir, konflik di negara Suriah memuncak pasca-Presiden Bashar al Assad mengumumkan untuk memerangi kelompok oposisi yang kontra pemerintah.
Lanjutnya, rezim Assad yang didukung Rusia dan Iran, serta milisi bersenjata Syiah dan teroris dari Iraq (ISIS), Lebanon dan Afghanistan, sedang mengkonsentrasikan kejahatan agresi militernya ke Aleppo secara indiskriminatif.
"#AleppoisBurning atau Aleppo terbakar, begitulah hastag yang kemudian mendunia, disematkan atas laporan-laporan tentang pembumihangusan Aleppo," katanya.
Menurut kisahnya pula, rumah sakit, sekolah, pertokoan, pasar, juga rumah-rumah, semua dihujani rudal, bom meriam, bom gentong dan mortir.
"Masjid-masjid di Aleppo tidak menggelar shalat Jumat, pada 29 April 2016. Kini, ribuan saudara bertahan hidup di tengah krisis makanan, air, listrik dan obat-obatan," jelas Aswan.
Kondisi terparah, menurut Aswan telah terjadi selama sembilan hari terakhir, yakni sejak 22 April 2016.
Rezim Suriah dibawah kendali Bashar al Assad melakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru kendali, 68 bom, dan membantai lebih dari 200 ribu warga, serta melukai ratusan lainnya.
"Pembantaian yang dilakukan rezim Assad dan para koleganya merupakan pelanggaran HAM berat. Semestinya, PBB yang mengaku sebagai pengawal demokrasi dan HAM dunia, mampu memberikan sikap yang tegas terhadap tragedi kemanusiaan di Suriah. Namun hingga kini PBB bungkam, dunia menutup mata dan telinga," sambungnya. (*)