Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Iniliah Masjid Alfatih Al Anshar, yang berdiri di bilangan jalan Paccinang Raya, Kelurahan Tello, Kecamatan Panakukang Makassar.
Masjid ini tak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah besar ataupun menara yang menjulang tinggi, tapi masjid ini memiliki keunikan tersendiri yang tak dimilki masjid lain.
Masjid Alfatih Al Anshar memiliki salah satu sudut yang dibentuk menyerupai bangunan suci di Kota Makkah, Kakbah.
Sebuah bentuk Kakbah dibangun dan melekat di dinding di sisi timur masjid, dengan ukuran lebar 7 meter, dan tinggi 12 meter, lengkap dengan Hajar Aswad di sudutnya.
Masjid ini mulai digunakan setahun yang lalu, sejak diresmikan sepekan sebelum Bulan Suci Ramadan tahun 2015.
Pendirinya yaitu Mustamin Anshar, seorang konsultan keuangan pajak yang sangat mencintai masjid dan kakbah.
Nama Masjid Alfatih Al Ashar diambil dari gabungan nama cucu Mustamin dan nama akhirnya.
Ustad Harun Khahar, salah satu Imam masjid yang ditemui Senin (13/6/2016) menceritakan bagaimana sejarah berdirinya masjid ini.
"Waktu itu pendiri masjid ini, Pak Mustamin Anshar beribadah di Tanah Suci Mekkah. Saat ibadah itu beliau mendapat hidayah. Ia merasa nikmat dan nyaman saat berada di dekat kakbah," ungkapnya.
Mustamin pun memutuskan mendirikan sebuah masjid dengan memberi sentuhan kakbah, agar ia selalu merasa berada di dekat dengan kakbah.
Seluruh interior di masjid ini juga memiliki makna tersendiri seperti jumlah pintunya sebanyak 17 buah yang melambangkan jumlah rakaat salat.
Ada juga bentuk lonjong seperti telur pada bagian depan dekat dengan mimbar yang dimaknai sebagai "malebu tello" artinya kita harus memiliki tekad yang bulat dalam menyembah Allah.
Ada juga sembilan pilar yang diartikan sebagai Bulan Ramadan yang merupakan bulan ke sembilan dalam penanggalan Hijriyah.
"Semuanya di sini dibangun dengan memiliki makna, seperti di lantai dua masjid, di salah satu sudutnya ada relief pohon besar dengan daun yang lebat, dan di setiap daunnya ada asmaul husna yang tertulis, pohon tersebut dimaknai sebagai kebaikan yang terus menjalar," kata dia. (*)