Laporan Wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Susanti (17), warga Desa Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, menderita kanker ganas.
Kanker itu menggerogoti sebagian wajahnya. Pipi, hidung, dan gigi bagian atasnya sudah tak berbentuk alias rusak.
Siswi kelas 3 SMK Negeri Unggul Terpadu, Lampung Tengah itu, kini terbaring lemah di klinik rawat inap Mitra Anda, Jalan Gemini 1/14 Sumber Rejo, Rajabasa Raya, Bandar Lampung.
Saat Tribun Lampung menemuinya, Susanti sedang tidur. Ia ditemani kedua orangtuanya Narta dan Dariah.
Narta, sang ayah mengatakan, Santi menderita penyakit ini pada awal 2016. Awalnya, Santi mengalami flu. Namun, tak kunjung sembuh. Padahal sudah sebulan.
Setelah itu, Santi dibawa ke dokter untuk jalani pemeriksaan. Dokter saat itu mendiagnosa kalau anaknya mengalami sinus.
Narga lega mendengarnya. Makanya, Santi masuk sekolah seperti biasa.
Tidak lama kemudian, Santi kembali mengeluh sakit. Bahkan kondisinya makin parah. Sebab, ia mengalami pembengkakan pada wajah di bagian pipi dan hidungnya.
“Dari situ saya heran kenapa dengan anak saya ini, kita belum tahu kalau ternyata dia terkena kanker. Berbulan-bulan lamanya kondisi Santi semakin memburuk. Bengkak di wajahnya mulai menghitam. Parah. Dari awal Februari 2016 mukanya bengkak sampai sekarang. Santi enggak masuk sekolah,” tuturnya.
Santi kerap bolak-balik ke rumah sakit. Namun, kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan semakin parah. Wajahnya mati rasa.
Padahal daging di wajahnya pelan-pelan digerogoti kanker tersebut. Narta kadang memungut daging yang terlepas itu.
"Sejak kehilangan sebagian wajahnya, Santi sulit berkomunikasi sama kita. Dia ngomong apa, kami enggak ngerti," kata Narta.
Narta dan istrinya berusaha mati-matian supaya Santi mendapatkan perawatan terbaik. Untuk itu ia sampai menjual kebun dan menggadaikan sawah.
Sementara, penghasilannya sebagai buruh bangunan tak bisa menutupi biaya pengobatan.
“Terus terang, bingung untuk biaya berobatnya,” lanjut Narta.
Kadang, ia tak tahu lagi harus bagaimana selain berserah. Yang ada di kepalanya saat ini adalah kesembuhan buah hatinya.
“Saya hanya bisa berdoa dan berserah diri saja sama Tuhan. Mudah-mudahan doa kami diijabah dan Santi pulih kembali,” ucap Narta.
Ia juga bersyukur masih ada yang peduli terhadap Santi. Tetangga dan teman-teman Santi di sekolah memberi sumbangan. Tak terkecuali dari Komunitas Peduli Generasi Lampung.(*)