Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Taipan muda yang mengaku siap berpartisipasi di pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, menghabiskan hari Minggu sorenya, dengan menjajal bus Transjakarta rute Blok M-Kota.
Sandiaga atau yang akrab dipanggil Sandi itu, ditemani sejumlah relawan dan awak media, datang ke halte bus Transjakarta Blok M, sekitar pukul 16.00 WIB, Minggu (17/7/2016).
Tak lama ia datang, satu unit bus gandeng tujuan Kota pun tiba.
Ia lalu memilih berdiri di dekat pintu tengah, tak jauh dari batas wilayah khusus wanita.
Tak ayal lagi, kehadiran Sandi menjadi pusat perhatian. Sejumlah penumpang juga sempat meminta foto bersama Sandi.
Kepada wartawan, Sandi mengaku kesempatan kali ini adalah kali kedua ia naik Transjakarta.
Sebelumnya ia naik bus tersebut pada sekitar tahun 2004, saat moda transportasi itu pertama kali diperkenalkan ke masyarakat.
Sejak sekitar dua belas tahun lalu, saat ini fasilitas tersebut kata dia sudah jauh lebih baik. Terlebih saat ini jalurnya sudah jauh lebih terintegrasi.
Sandiaga atau yang akrab dipanggil Sandi itu hadir di kawasan tersebut sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat ia dan rombongan tiba, hujan mengguyur wilayah tersebut.
Alhasil agenda Sandi yang tadinya hendak bersih-bersih di kawasan Kota Tua, diubah menjadi menyambangi para pedagang di sekitar halte.
Setelah sekitar satu jam, Sandi dan rombongan kemudian memutuskan untuk keluar, beranjak ke kawasan Kota Tua, melintasi Jalan Pintu Besar Utara.
Ia lalu menyambangi satu persatu pedagang yang ada di lorong tersebut.
Tak lama setelah Sandi datang, sejumlah pedagang lalu berteriak “Ganti Ahok, Ganti Ahok.”
Sementara Sandi hanya tersenyum menanggapi hal tersebut.
Di tengah hujan gerimis tersebut, Sandi yang berlindung di bawah payung, masih menyempatkan diri untuk meladeni sejumlah pedagang yang meminta foto bersama kader Partai Gerindra tersebut.
Di lapangan yang terletak di depan museum Fatahilah, ia sempat disabangi seorang perempuan berumur sekitar 30 tahun.
Perempuan itu lalu bercerita bagaimana pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperlakukan para pedagang.
Sandi kemudian memperkenalkan perempuan tersebut kepada seorang laki laki, yang ia sebut sebagai ketua paguyuban pedagang di kawasan tersebut.
Sandi kemudian meyakinkan bahwa sang ketua paguyuban akan membantu para pedagang. (*)