TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Oktober adalah bulan kelahiran Hoegeng Imam Santoso, mantan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 (Kapolri), yakni pada 14 Oktober 1921 dan meninggal dunia 14 Juli 2004 pada usia 82 tahun.
Hoegeng menjabat Kapolri sejak 9 Mei 1968 hingga 2 Oktober 1971.
Almarhum Gus Dur pernah berkelakar, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia. Mereka adalah polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.
Siapa Kapolri paling miskin di dunia? Salah satu koleganya, Permadi, mengenang. "Jawabnya cuma satu: Hoegeng!"
Dan David Jenkins, yang menggambarkan banyak jenderal Orde Baru sebagai sosok yang lihai dan licin, tak pernah menyiratkan penilaian miring ketika ia sampai ke nama Hoegeng.
Dalam buku Jenkins Soeharto dan Barisan Jenderal Orba, Hoegeng beberapa kali disinggung dan uraian Jenkins hanya meninggalkan satu kesan. Hoegeng adalah sosok yang lurus dan tulus.
Hoegeng masuk pendidikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937).
Setelah itu, ia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940.
Sewaktu pendudukan Jepang, ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943).
Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946).
Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.
Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele.
Saat menjadi Kapolri Hoegeng Imam Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
Pada masa jabatannya terjadi perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya.