Jadi Motivator Bagi Para Penyandang Disabilitas Itulah Keinginan Adyos Astan
Nama Adyos Astan mungkin sudah tak asing lagi bagi atlet penyandang disabilitas Indonesia, lantaran atlet penyandang disabilitas cabang olahraga tenis
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdu Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nama Adyos Astan mungkin sudah tak asing lagi bagi atlet penyandang disabilitas Indonesia, lantaran atlet penyandang disabilitas cabang olahraga tenis meja itu kerap menyumbangkan medali di setiap event nasional dan internasional yang diikutinya.
Bahkan, pria berusia 50 tahun itu baru saja menorehkan medali perunggu untuk Indonesia di nomor tunggal putra kelas TT4 pada ajang Asian Para Games 2018 yang diselenggarakan di Allianz Ecopark, Ancol, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Namun, tahukan Anda bahwa sebenarnya Adyos kecil tak pernah bermimpi untuk menjadi atlet penyandang disabilitas. Adyos lahir di Ambon dengan kondisi normal.
Saat usianya menginjak dua tahun takdir berkata lain, ia divonis menderita polio yang mengakibatkan kedua kakinya tak berfungsi seperti semula.
Dari situ, Adyos tak lagi bisa berjalan seperti biasa dan hingga kini kursi roda menjadi bagian tubuh yang terus melekat untuk menunjang kesehariannya.
“Saya dulu lahir normal. Sempat merasakan lari-lari juga, tapi pas umur dua tahun saya kena polio,” kata Adyos.
Setelah itu, Adyos kecil tumbuh dewasa sama seperti anak lainnya. Kondisi tubuh yang tak seperti rekan-rekannya tidak terlalu diambil pusing. Adyos tetap melanjuti hidup, tetap semangat, tetap bermain dan tetap tak kenal menyerah.
Rasa semangat Adyos yang telah tertanam dalam benaknya sejak kecil akhirnya bisa ia buktikan. Ya, secara pendidikan ia mampu menyelesaikan hingga tingkatan SMA.
Tak cukup sampai di situ. Adyos kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Niaga di Ambon.
Di bagian ini lah takdir Adyos sebagai atlet para tenis meja mulai terbuka. Ia mulai diperkenalkan tenis meja lebih jauh dan mulai intens dalam berlatih.
“Awalnya memang saya suka olahraga. Sudah lama juga main pingpong, ya cuma sekadar hobi tidak pernah terpikir jadi atlet, karena waktu itu kan belum tahu juga ada pertandingan disabilitas,” cerita Adyos.
“Ketika masuk kuliah baru ada yang kasih tahu saya. Kamu mau ikut tidak? Ikut apa? Olahraga. Saya bingung kan, saya tanya ‘Memang ada olahraga untuk kita’. Mereka bilang ada, yaudah saya bilang bisa main pingpong,” sambungya.
Semasa kuliah itu lah, Adyos mulai membagi waktu antara kuliah dengan bermain tenis meja. Hingga akhirnya ia pun mulai meyakini kalau tenis meja ini bisa membuat cerah masa depannya.
Tahun 1993, Adyos ikut pertandingan Porcanas (Pekan Olahraga Cacat Nasional). Hasilnya dirasa cukup lantaran saat itu Adyos kalah di final. Dari hasil itu, Adyos yang berjiwa pantang menyerah terus berlatih dan berlatih.
Hasilnya, tahun 2000an hingga kini segudang prestasi mulai ia torehkan, mulai dari Asean Para Games, single event hingga Asian Para Games tak pernah absen dalam menyumbang medali.
“Kalau medali saya itu di rumah sudah hampir 70. Kalau ditimbang sudah ada 10kg lebih,” ujar atlet yang salah satu prestasinya pernah meraih medali emas Asean Para Games Myanmar 2013 dan Singapura 2015.
Dengan segudang prestasi yang telah diraihnya, Adyos mengaku tak akan berhenti hingga raganya tak mampu lagi.
Disamping itu semua, Adyos yang juga seorang pengusaha yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang mempunyai tujuan mulia lainnya. Ya, Adyos ingin mejadi motivator agar para penyandang disabilitas sepertinya bisa mengikuti jejaknya.
“Saya ingin jadi motivator untuk teman-teman saya. Saya mau teman-teman saya yang masih kecil harus bisa seperti saya,saya akan bikin diri saya ini jadi contoh bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Hal itu yang akan terus saya kampanyekan selama saya masih mampu,” ujar bapak tiga anak tersebut.
“Jangan ada kata menyerah. Kalau kita berlatih apa pun kesulitannya pasti kita bisa atasi sesulit apa pun, saya sudah membuktikan itu. Jadi yang junior jangan merasa minder, jangan merasa tidak bisa atau tidak mampu karena apapun yang mereka mau pasti bisa, tidak ada yang tidak mungkin asal kita usaha,” pesan Adyos Astan.