Bisnis Pijat Refleksi Masih Menjanjikan
BISNIS pijat refleksi semakin menjamur, terutama di perkotaan. Masyarakat perkotaan memang butuh jasa pijat refleksi ini.
Editor: Sugiyarto
BISNIS pijat refleksi semakin menjamur, terutama di perkotaan. Bagi masyarakat perkotaan yang supersibuk, jasa pijat refleksi ini memang dibutuhkan. Pijat refleksi bisa membantu mengatasi ketegangan dan stres akibat beban pekerjaan dan lain-lain.
Makanya, bisnis ini semakin hidup. Terbukti, menemukan gerai pijat refleksi kini bukan perkara yang sulit. Hal ini tak terlepas dari maraknya pemain yang mengembangkan usaha dengan menawarkan kemitraan atau waralaba.
Dalam review kali ini, KONTAN mengupas perkembangan usaha beberapa kemitraan pijat refleksi, seperti Tomura Syariah, Omah Refleksi, dan Klinik Suhu Yo. KONTAN pernah mengulas tawaran usaha mereka di tahun lalu.
Nah, dari tiga pemain bisnis pijat refleksi ini, ada yang semakin berkembang dan ada pula yang menghentikan tawaran kemitraannya. Seperti apa perkembangan usaha mereka, yuk ikuti ulasannya:
Tomura Syariah
Pada awal berdiri tahun 1997, usaha pijat refleksi yang berpusat di Kuningan, Jawa Barat ini masih bernama Tosyma Pijat Sehat. Adam Nova, pemilik Tomura bilang, sejak Agustus 2011, ia tidak bisa menggunakan nama Tosyma karena nama tersebut telah lebih dulu didaftarkan oleh orang lain di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) . "Makanya kami berganti nama menjadi Tomura," kata Adam.
Menurutnya, permasalahan nama tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan. Seluruh mitra yang sudah membangun gerai sebelum bulan Agustus 2011 boleh memilih meneruskan menggunakan nama Tosyma atau Tomura.
Namun, untuk gerai yang dibuka sejak Agustus 2011 wajib menggunakan nama Tomura. Kendati sempat terganjal sengketa brand, usaha pijat refleksi ini masih terus mengalami pertumbuhan.
Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan usaha ini di bulan Mei 2011, Tomura telah memiliki 28 gerai, 22 gerai diantaranya milik mitra. Tomura sendiri resmi menawarkan kemitraan di 2008.
Saat ini, total gerai Tomura terus bertambah hingga mencapai 40 gerai. Rinciannya, empat milik pusat dan sisanya milik mitra. Sejak berganti nama menjadi Tomura pada Agustus 2011, sudah ada 10 mitra baru yang bergabung.
Selain sistem syariah, Tomura berkembang dengan adanya sistem jemput bola. Jadi, pelanggan bisa menghubungi via telepon untuk meminta terapis datang ke rumah. Dengan begitu, pelanggan tidak perlu repot datang ke gerai Tomura.
Kendati berganti nama, Adam masih belum menaikkan biaya kemitraan. Sejak 2008, ia masih menawarkan dua paket investasi senilai Rp 25 juta dan Rp 75 juta.
Pada paket Rp 25 juta, mitra akan mendapatkan pelatihan terapis, standar operasional, dan penggunaan nama Tomura. Namun, mitra masih harus menyediakan tempat dan dekorasi sendiri.
Bedanya dengan paket Rp 75 juta ada di tenaga terapis. Dalam paket ini, mitra akan mendapat tenaga terapis dari pusat sebanyak lima orang. Sama dengan paket pertama, mitra juga harus menyiapkan biaya lagi buat dekorasi dan sewa tempat. Adam memperkirakan, total biaya paket ini mencapai Rp 150 juta.