Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jepang di Antara Yendaka dan Yenyasu

Saat ini bisnis Jepang memang sangat rentan. Jumlah orang Jepang sudah jauh berkurang.

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Jepang di Antara Yendaka dan Yenyasu
www.businessweek.com
ILUSTRASI 

Oleh Richard Susilo *)

TRIBUNNEWS.COM - Saat ini bisnis Jepang memang sangat rentan. Jumlah orang Jepang sudah jauh berkurang. Negara yang seharusnya lebih banyak orang muda ketimbang orangtua, membentuk pyramid, kini sudah berbentuk sama rata dari bawah sampai ke atas. Jumlah orang tua dan muda sudah sama, bahkan yang tua lebih banyak, sehingga nyata menjadi berbentuk pyramid terbalik.

Kekurangan sumber daya manusia, pukulan subprime loan (kredit perumahan yang macet di Amerika Serikat), harga minyak mentah semakin menjulang tinggi, politik yang tidak stabil akibat tiap majelis (parlemen) di pimpin partai yang bertolak belakang, gubernur bank sentral Jepang lima tahun lalu sempat kosong, pertama kali dalam sejarah Jepang, ditambah lagi yendaka, menghantam bisnis Jepang, yang sempat 75 yen per dolar AS. Tapi kini sudah mulai melemah menjadi 98 yen per dollar AS.

Sebuah perusahaan mobil di Jepang, Toyota Motor, sempat mengungkapkan, setiap kenaikan satu yen (nilai yen menguat) akan mengurangi penghasilan sekitar 2 miliar yen. Padahal anggaran mereka menghitung satu dolar sekitar 105 yen sampai dengan 110 yen. Berarti saat ini kerugian produsen mobil Jepang mencapai puluhan miliar yen, apabila mereka tidak melakukan hedging.

Kekacauan suasana ekonomi Jepang seperti ditulis di atas, terguncang pula oleh kekacauan politik Jepang saat ini. Pertama kali dalam sejarah Jepang politik menggoncang kuat perekonomian Jepang sejak partai Demokrat (DPJ) berkuasa tahun 2009. Kini di bawah partai Liberat (LDP) Shinzo Abe sang PM Jepang berusaha kuat memperbaiki dengan Abenomics nya.

Meksipun demikian parlemen Jepang praktis tetap terpecah dua sama kuat, khususnya di Majelis Tinggi, antara partai koalisi dipimpin partai liberal demokratik (LDP) dan partai oposisi dipimpin partai  demokratik (DPJ). Akibatnya masih menyulitkan gerak PM (Perdana Menter) Jepang. Kita tunggu saja Pemilu Majelis Tinggi Mei 2013 ini. Apa yang akan terjadi menarik sekali diperhatikan.

Kesulitan politik berdampak kuat ke perekonomian. Lihat saja setelah Yendaka, kini Yenyasu pun membuat masyarakat bingung. Mengapa? Harga bensin naik karena masih impor dan nilai dolar murah berarti dollar AS jadi mahal, Harga bensin naik, biaya transportasi naik, biaya kehidupan sehari-hari, makanan, sayuran dari tanah pertanian, dan lainnya menjadi merangkak mahal.

Berita Rekomendasi

Dalam kurun waktu enam bulan sejak November sampai dengan akhir kini nilai yen dari 80 yen kini 98 yen per dollar berarti sudah naik 18 poin, kenaikan 3 poin per bulan, luar biasa pergerakannya. Jelas akan mempengaruhi banyak perekonomian Jepang dalam waktu dekat ini.

Selain itu masalah makanan di Jepang menjadi sangat kritis setelah kasus bahan beracun ditemukan di dalam gyoza, semacam pangsit, buatan China. Sedikitnya 12 orang dirawat darurat di rumah sakit di Jepang sekitar 5 tahun lalu. Orang Jepang trauma sampai kini. Selanjutnya, bahan makanan asal China menjadi teramat sulit masuk ke Jepang. Masuk sekali pun, saat ini sangat jarang orang Jepang yang mau membeli atau mau makan atau mau mampir ke restoran Cina.

Harga makanan dalam negeri Jepang melambung 10 kali lipat. Meskipun demikian, demi rasa aman, tetap dibeli oleh masyarakatnya. Sementara harga bensin akan dinaikan mulai April ini, sehingga banyak yang sudah ambil ancang-ancang menaikan berbagai harga makanan maupun berbagai produk lain.

Melihat kesulitan makanan dalam negeri, Jepang justru semakin sadar kelemahan di bidang penyediaan makanan. Olekarena itu strategi makanan Jepang mulai ditinjau lagi agar memasok pula dari negara lain termasuk dari Indonesia serta dari sekitar 12 negara yang telah menandatangani kesepakatan perdagangan bebas (FTA). Meskipun berambisi mencari pasokan dari negara lain, perlindungan industri pangan Jepang akan tetap dilakukan agar industri pangan dalam negeri Jepang dapat tetap terjaga baik.

Jelas kini Jepang sangat berubah dengan berbagai kesulitan yang mulai muncul saat ini, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi juga di bidang politik dalam negerinya. Saat inilah kesempatan Indonesia   mendekati Jepang dengan berbagai kekayaannya.

Misalnya dua produk buah dan sayur, serta hasil pertambakan seperti udang Indonesia siap diekspor ke Jepang apabila persiapan di Indonesia selesai dilakukan. Buah yang bisa diekspor ke Jepang mungkin mangga, pisang dan nanas. Mudah-mudahan saja tiga buah itu mudah masuk sehingga menyusul buah lain dari Indonesia juga dapat masuk mudah ke Jepang.  

Informasi lengkap lihat: http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang/

Konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp

*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan berpengalaman lebih dari 20 tahun di Jepang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas