INDEF: Kuota Impor Kedelai Bulog Terlalu Kecil
Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mempertanyakan kuota pasokan kedelai yang dimiliki Perum Bulog sangat rendah
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mempertanyakan kuota pasokan kedelai yang dimiliki Perum Bulog sangat rendah dibandingkan perusahaan swasta. Setiap tahun Bulog hanya diberi jatah 20 ribu ton atau 4 persen dari kebutuhan kedelai nasional.
"Bulog harusnya 100 ribu ton, tapi masih kalah dengan PT FKS Multi Agro yang pasokannya 200 ribu ton," ujar Peneliti INDEF, Enny Sri Hartati, Selasa (10/9/2013).
Enny mengatakan, importir terdaftar yang mendapat persetujuan pemberian kuota impor kedelai terdiri dari 14 perusahaan. Dengan jumlah persetujuan kuota impor mencapai 450.900 ton. Di mana, total pengajuan dari importir mencapai 886.200 ton.
Enny menyebutkan, terdapat tiga importir yang mendapatkan kuota terbesar, PT FKS Multi Agro dengan kuota 210.600 ton atau 46,71 persen, PT Gerbang Cahaya Utama dengan kuota 46.500 ton atau 10,31 persen, dan PT Budi Semesta Satria dengan kuota 42.000 atau 9,31 persen.
"Dari data tersebut jelas terlihat satu perusahaan yang memegang pangsa terbesar (cenderung monopoli) dan dari kuota impor kedelai dari tiga perusahaan tersebut telah mencapai 66,33 persen (cenderung membentuk kartel)," katanya, Selasa (10/9/2013).
Selain itu, lanjut Enny, pada kelompok importir kedua terdapat tiga perusahaan yang memiliki persetujuan kuota impor kedelai masing-masing 4 persen-5 persen. Sedangkan, kelompok impor ketiga terdapat 4 perusahaan yang memiliki persetujuan kuota impor kedelai masing-masing 2 persen-3 persen.
"Kelompok keempat terdapat 3 perusahaan, masing-masing punya kuota 0,6 persen, 1,11 persen, dan 1,89 persen," papar Enny.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.