Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Gita Wirjawan: 'Perajin Tahu Tempe Jangan Ngomel dan Berisik'

Sampai saat ini para perajin tahu tempe mengeluh karena harga kedelai yang dijual importir kepada distributor sangat mahal

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Gita Wirjawan: 'Perajin Tahu Tempe Jangan Ngomel dan Berisik'
Ferdinand Waskita/Tribunnews.com
Gita Wirjawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampai saat ini para perajin tahu tempe mengeluh karena harga kedelai yang dijual importir kepada distributor sangat mahal. Karena hal tersebut, perajin tahu tempe menurunkan produksinya sampai 30 persen.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku tidak suka para perajin yang banyak mengeluh. Menurut Gita, jika perajin mengeluh, rupiah kembali melemah dan semakin membuat naik harga kedelai yang diimpor saat ini.

"Untuk rekan perajin, saya ingin berpesan agar tidak mengomel dan jangan terlalu berisik," ujar Gita Wirjawan di lokasi perajin tahu tempe bilangan Utan Kayu, Jumat (20/9/2013).

Gita menegaskan kepada para perajin tahu tempe bahwa pemerintah sudah berusaha keras menyediakan pasokan kedelai. Karena itu Gita meminta para perajin tetap tenang dan santai menunggu pasokan datang ke dalam negeri.

"Kami akan pastikan pasokan itu ada. Dan untuk bulan September pasti ada, Oktober ada, dan seterusnya juga ada," ungkap Gita Wirjawan.

Gita pun berharap dengan datangnya pasokan kedelai dari luar rupiah kembali menguat terhadap dollar AS. Pasalnya hal tersebut berdampak pada harga jual kedelai dalam negeri.

"Tinggal kita berdoa dan berharap nilai tukar bisa stabil lagi ke depannya," pungkas Gita.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya diberitakan tribunnews.com, harga kedelai dijual importir sebesar Rp 9500 per kilogram. Hal itu mengakibatkan mundurnya produksi tahu tempe dari dalam negeri, karena pengrajin kesulitan membeli kedelai.

Sementara itu kedelai yang dibutuhkan dalam negeri 2,5 juta ton per tahun. Namun Produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencapai 400 ribu ton per tahun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas