Olahan Sampah Plastik Iyom Banyak Dibeli Turis Asing
Sekitar 75 persen dibeli orang asing. Kadang-kadang mereka sendiri yang tambahin hiasannya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- KREASI dengan bahan baku daur ulang sampah plastik sasetan ala Iyom Rohaeni (59) sebagian besar digemari turis mancanegara. "Sekitar 75 persen dibeli orang asing. Kadang-kadang mereka sendiri yang tambahin hiasannya. Orang Indonesia beli yang kecil-kecil saja," ujarnya di Ruang Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) Cibabat, Cimahi, Senin (7/10/2013) siang.
Kreasi-kreasi perempuan itu antara lain tas anyaman dan jahitan berbahan baku plastik sasetan bekas, dompet dari plastik sasetan bekas, dan tas rajutan dengan bahan baku kresek bekas. Tas anyaman dan tas rajutan plastik kresek adalah favourit dan turis asal Belanda dan Australia.
Orang Amerika, ujarnya, suka tas jahitan berbahan baku plastik sasetan. Kreasi-kreasi itu tak diekspor melainkan dijual eceran saat kunjungan rombongan wisatawan mancanegara (wisman), terutama setiap Juni. Ia menanti di rumahnya, Gang Bongkaran, RT 15/7, Cihampelas, Bandung.
Omzet Iyom memang tidak bisa disebut besar, rata-rata antara Rp 500.000 hingga Rp 750.000 per bulan. "Itu cukup untuk nambah-nambah," katanya.
Sebenarnya, omzet itu bisa dikatakan sebagai keuntungan bersih Iyom untuk karya olahan sampah plastiknya. Toh, Iyom nyaris tidak mengeluarkan uang untuk mendapatkan bahan baku. Warga dari sepuluh RT di RW-nya menyumbangkan sampah-sampah plastik itu secara gratis. "Daripada mereka buang sampah itu lebih baik dibawa ke rumah saya. Modal saya hanya tenaga dan ketekunan," ujar Iyom.
Ia harus merapikan guntingan plastik sasetan itu, lalu mencuci dan mengeringkan plastik-plastik dengan kain lap. Selanjutnya, Iyom melipat plastik itu satu persatu kemudian mengayam lipatan-lipatan itu menjadi dompet dan tas.
Demi membuat sebuah dompet, ia membutuhkan sekitar 60 plastik sasetan bekas. Sebuah tas anyaman terbuat dari 350 plastik sasetan bekas. Iyom membutuhkan waktu tiga hari untuk menuntaskan tas anyaman itu. Demikian pula pengerjaan tas rajutan dari kantong kresek.
Iyom menjual sebuah dompet Rp 5.000 dan tas anyaman dengan harga 75.000 hingga Rp 150.000. Pelanggan utamanya adalah Universitas Islam Bandung (Unisba) yang setiap tahun membeli hingga 500 buah tas. Selain itu, pembelian eceran.
Omzet Iyom dari pengolahan sampah itu memang terbilang tidak banyak tetapi kreasi tak selalu diukur dari banyaknya rupiah. Iyom sering diundang memberikan pelatihan di berbagai tempat di nusantara atau menjadi narasumber hampir di kampus-kampus ternama di Bandung.
Pada 2009, misalnya, United States Agency for International Development (USAID) mengajaknya memberi pelatihan pengolahan sampah plastik di Melauboh (Aceh). Para peserta pelatihan itu sebagian besar adalah korban tsunami di Aceh pada 2005.
Setelah itu Iyom terbang ke Ambon, dan Bangka pada tahun yang sama. Tiga tahun kemudian, dia memberi pelatihan di Kalimantan meski perusahaan yang meminta bantuannya berbeda. Satu tahun sebelumnya, ia dipercaya mendampingi 20 anak catat di BRSPC Cibabat. . Ia pun pernah memberi pelatihan di lokalisasi Gang Dolly, Surabaya. (tom)