Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penetrasi Teknologi 3G Baru 30 Persen

Penetrasi teknologi 3G di Indonesia belum optimal.

Editor: Sanusi
zoom-in Penetrasi Teknologi 3G Baru 30 Persen
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Bangun BTS: Pekerja menyelesaikan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) di jalan Stadion Utara, Kota Semarang, Jateng, Selasa (23/7/2013). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penetrasi teknologi 3G di Indonesia belum optimal. Padahal operator telah berhasil melakukan migrasi blok 3G di 2,1 GHz dan menempatinya secara berdampingan.

“Penetrasi teknologi 3G di Indonesia baru sekitar 30 persen dari total populasi yang ada,” ungkap Titon Dutono, Direktur Penataan Sumber Daya Kemenkominfo, kemarin.

Tidak meratanya penetrasi teknologi 3G bisa terlihat dari data hasil migrasi blok 3G, dimana operator Tri memiliki wilayah 3G di 22 provinsi, Indosat (18 provinsi), XL (30 provinsi), Axis (14 provinsi), dan Telkomsel (33 provinsi).

Jika melihat dari pangsa pasar layanan 3G di pasar, saat ini Telkomsel menguasai pangsa pasar sekitar 42 persen, Indosat (16,7 persen), XL Axiata (15,9 persen), Hutchison 3 Indonesia (5,4 persen), dan Axis (2,1 persen).

Siap LTE

Hal yang menarik adalah di tengah masyarakat tengah mulai menerima adanya 3G, operator dan pemerintah tengah merancang untuk melompat ke long term evolution (LTE).

Sinyal itu dilempar Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring yang berencana membuka peluang bisnisnya pada akhir 2013.

Berita Rekomendasi

Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo, menambahkan peluang bisnis yang dimaksud ialah menyusun rancangan peraturan menteri (RPM) terkait LTE. Kemenkominfo hanya bertindak sebagai pembuat regulasi sedangkan teknis bisnis sepenuhnya ada pada masing-masing operator.

"Kalau industri mendesak untuk LTE, kita siapkan. Diharapkan bulan berikutnya November penyusunan materi RPM LTE," katanya.

Ide menggulirkan LTE ini sah-sah saja, namun pemerintah sepertinya memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan yakni mengalokasikan frekuensi yang ideal dan membuka sekat pembatasan teknologi untuk para pemain agar bisa melayani pelanggan 2G, 3G, dan 4G secara optimal.

Saat ini posisi frekuensi yang dimiliki kelima operator itu dalam menyelenggarakan mobile broadband adalah Telkomsel sebesar 7,5 MHz di pita 900 MHz, 22,5 MHz di 1800 MHz, dan 15 MHz di 2,1 GHz.

Indosat sebesar 10 MHz di 900 MHz, 20 MHz di 1800 MHz, dan 10 MHz di 2,1 GHz. XL sebesar 7,5 MHz di 900 MHz dan 1.800 MHz, dan 15 MHz di 2,1 GHz.

Sementara Tri memiliki 10 MHz di 1800 MHz dan 2,1 Ghz. Axis 15 Mhz di 1.800 Mhz dan 10 MHz di 2,1 GHz.

Dari data tersebut terlihat alokasi spektrum untuk menggelar mobile broadband tak berimbang, padahal kebutuhan bandwidth dimasa depan kian besar. Komposisi yang ada sekarang, terdapat operator yang hanya mempunyai capacity band, tetapi ada juga yang memiliki capacity dan coverage band sekaligus.

Hal yang harus dipahami adalah jika operator menjalankan LTE, maka frekuensi akan terpaksa didedikasikan untuk data, sedangkan layanan suara akan diambil alih oleh 3G atau 2G.

Seandainya, operator GSM di Indonesia diizinkan menjalankan LTE di 1.800 MHz, tentunya masalah alokasi frekuensi ini mendesak rebalancing terlebih dahulu agar kualitas layanan tak menurun.

Rebalancing alokasi spektrum frekuensi dapat dilakukan dengan mengacu pada tingkat agresivitas penggelaran jaringan dari para operator eksisting dan menjadikannya dasar untuk melakukan redistribusi alokasi spektrum frekuensi. Jika ini tak dilakukan, maka pelanggan dipastikan sulit merasakan secara ideal layanan mobile broadband.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas