Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Nyaris Tembus Rp 12.000 Per Dollar AS

Laju nilai tukar rupiah masih dalam tren pelemahannya

Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Rupiah Nyaris Tembus Rp 12.000 Per Dollar AS
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Seorang petugas mengecek uang pecahan Rp 100 ribu yang sudah dikemas dalam kantung plastik masing-masing Rp 1 miliar yang akan dikirimkan ke sejumlah bank di Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan Braga, Kota Bandung, Selasa (3/9/2013). Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan kembali suku bunga dengan acuan BI rate ke level 7 persen dari sebelumnya di angka 6,5 persen, menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Arif Wicaksono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah masih dalam tren pelemahannya. Pada penutupan pekan kemarin rupiah kembali melemah atas mata uang dollar AS dari yang tadinya Rp 11.930 ke Rp 11.977 per dollar AS.

Menurut Reza Priyambada, Kepala Trust Securities, pelemahan ini dipengaruhi oleh perkiraan kondisi rilis defisit data neraca pembayaran dan perdagangan yang turut mempengaruhi laju nilai tukar rupiah.

"Laju rupiah semakin melemah karena adanya perkiraan bahwa defisit neraca berjalan dan perdagangan akan terjadi lagi. Bahkan kenaikan euro atas mata uang dollar AS tidak mampu menggerakkan pergerakan mata uang rupiah atas dollar AS," tutur Reza di Jakarta, Senin (2/12/2013).

Laju nilai tukar euro mampu bergerak lebih tinggi dari dollar AS disebabkan oleh rilis akselerasi inflasi zona Euro. Padahal dengan rilis akselerasi tersebut memberikan persepsi nantinya Bank Central Eropa (ECB) akan menahan stimulusnya sehingga nilai tukar euro dapat menguat.

Reza memperkirakan pada hari ini, Senin (2/12/2013) mata uang rupiah dapat bertahan di atas target support Rp 12.070 per dollar AS. Dengan kisaran Rp 12.000 hingga Rp 11.950 (kurs tengah BI) per dollar AS.

Eny Sri Hartati, Ekonom Indef menuturkan kekhawatiran atas defisit neraca berjalan menggambarkan investor enggan mengalihkan dananya ke Indonesia.

Berita Rekomendasi

Kebijakan pelambatan ekonomi yang dilakukan BI menjadi penyebab enggannya investor masuk ke Indonesia.

"Pelambatan ekonomi tidak disertai pembangunan infrastruktur dan perizinan untuk usaha, masih banyak permasalahan perizinan, dan akan ada penurunan daya saing industri karena kebutuhan bahan baku masih besar dari import, ini masih menjadi masalah," katanya.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas