Presiden Perintahkan Dalam 2 Minggu Ada Peta Komoditi dan Negara Baru Potensial bagi Ekspor RI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para menteri untuk tetap mengelola defisit neraca perdagangan
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para menteri untuk tetap mengelola defisit neraca perdagangan (current account deficit) lewat cara terus meningkatkan nilai ekspor.
Untuk itu, Presiden meminta untuk mencari komoditi-komoditi dan negara-negara baru yang menjadi tempat tujuan ekspor Indonesia. Rentang waktu dua pekan diberikan Presiden untuk memetakan komoditi unggulan dan negara-negara baru sebagai tujuan ekspor.
"Pak Presiden meminta agar dalam dua minggu ke depan kita melaporkan bagaimana upaya-upaya untuk mencari komoditi-komoditi dan negara-negara yang baru yang memungkinkan pasar ekspor kita," ungkap Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, di kompleks Istana Presiden di Cipanas, Jawa Barat, Senin (2/12/2013).
Hatta juga mengatakan, hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia selama Oktober 2013 surplus sekitar 42,4 juta dolar AS. Nilai total ekspor selama kurun waktu itu 15.716,9 juta dolar AS dan nilai total impornya 15.674,5 juta dolar AS.
Capaian ini, menurut Hatta, cukup menggembirakan karena ekspor sudah mulai menunjukkan peningkatan. Namun, kedepan upaya untuk semakin meningkatkan lagi nilai ekspor Indonesia akan terus dilakukan pemerintah--yakni salah satunya memetakan komoditi-komoditi potensial dan negara-negara baru sebagai tujuan ekspor.
Sementara itu, sebelumnya, Kepala BPS Suryamin mengatakan di tengah gejolak ekonomi global, produk-produk Indonesia mampu menembus pasar internasional, dan konsumsi produk-produk impor sedikit bisa dikurangi.
Menurut Suryamin, surplus neraca perdagangan selama Oktober 2013 merupakan surplus neraca perdagangan yang ketiga tahun ini setelah surplus yang dicapai pada Maret dan Agustus lalu.
"Meski surplusnya masih tergolong kecil, secara keseluruhan dapat menggambarkan bahwa perdagangan Indonesia menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan ekspor impor," katanya.
BPS juga mencatat surplus volume perdagangan selama Oktober 2013 sebanyak 44,79 juta ton. Selama bulan itu total volume ekspor mencapai 56,88 juta ton dan volume impor 12,09 juta ton.
Sebelumnya neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit. Menurut Suryamin, pada September 2013 neraca perdagangan Indonesia defisit 803,2 juta dolar AS, Juli defisit 2,3 miliar dolar AS, Juni defisit 877 juta dolar AS, dan Mei defisit sekitar 500 juta dolar AS.
Lebih lanjut Suryamin menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2013 sebagian besar disumbang oleh surplus perdagangan nonmigas.
Menurut data BPS, surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat dari 497,9 juta dolar AS menjadi 792,1 juta dolar AS pada Oktober 2013. Sementara defisit neraca perdagangan migas tercatat mengecil dari 1,3 miliar dolar AS menjadi 749 juta dolar AS.
"Dengan kata lain, ekspor meningkat 6,98 persen, sementara total impor hanya meningkat 1,06 persen," ujarnya.
Selama Oktober 2013, tiga golongan barang yang mengalami penurunan nilai impor yaitu mesin dan peralatan listrik (turun 7,94 persen atau 123,5 juta dolar AS) disusul golongan besi dan baja (turun 4,3 persen atau 31,4 juta dolar AS), dan golongan plastik dan barang dari plastik (turun 0,07 persen atau 0,5 juta dolar AS).
Sementara dari sisi ekspor terjadi peningkatan. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, selama Oktober ekspor ke Cina naik 213,6 juta dolar AS, ke Taiwan meningkat 115 juta dolar AS, ke Australia bertambah 147,4 juta dolar AS dan ke India serta Malaysia berturut-turut naik 53,3 juta dolar AS dan 23,6 juta dolar AS.