Gurih Laba Bisnis Bakmi Pedas
Bisnis bakmi tak pernah surut. Dari waktu ke waktu ada saja pemain baru terjun ke bisnis ini
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis bakmi tak pernah surut. Dari waktu ke waktu ada saja pemain baru terjun ke bisnis ini. Bahkan tak sedikit dari mereka gencar menawarkan kemitraan dan waralaba. Salah satunya adalah Akir Saputra yang mengusung brand Mie SP, singkatan dari spesial pedas.
Warung bakmi asal Cirebon, Jawa Barat ini berdiri 2010 dan menawarkan kemitraan tahun lalu. Mie SP sudah memiliki lima mitra di Cirebon, Majalengka dan Tegal. Ada pun total gerai ada enam, satu milik pusat dan sisanya mitra.
Mengusung konsep resto, Mie SP menyajikan menu utama mi rebus dan mi goreng spesial pedas dengan dengan tambahan toping kornet, keju dan bakso. Selain itu juga disediakan berbagai jenis minuman segar. "Mi olahan kami memiliki rasa spesial dengan racikan bumbu sendiri," klaim Akir.
Membidik kalangan anak muda, warung bakmi ini dikelola secara kreatif. Antara lain secara rutin digelar lomba makan mi paling cepat bagi para konsumennya. Pemenangnya mendapatkan hadiah.
Lalu ada juga promo makan gratis bagi pengunjung yang menggunakan baju warna merah dan putih pada 17 Agustus dan 28 Oktober. "Intinya kami kelola dengan kreatif agar cocok menjadi tempat berkumpul anak-anak muda," tutur Akir.
Harga yang ditawarkan juga relatif terjangkau. Untuk menu bakmi dibanderol mulai harga Rp 9.000- Rp 17.500 per porsi. Sementara minuman Rp 3.000- Rp 5.000.
Tiga paket kemitraan
Dalam kerjasama kemitraan, Akir menyediakan tiga paket investasi. Antara lain paket Rp 50 juta, Rp 100 juta dan Rp 150 juta. Pihak pusat juga menetapkan luas tempat untuk masing-masing paket ini. Luas tempat paket pertama 3 x 5 meter persegi (m2), paket kedua 5 x 10 m2 dan paket ketiga 10 x 10 m2.
Dengan investasi tersebut, Mitra mendapatkan seluruh perlengkapan masak, perlengkapan meja, kursi, alat administrasi, kerjasama promosi, seragam, dan bahan baku awal untuk sebulan.
Selain itu, pihak pusat juga membantu mitra sewa tempat. Misalnya untuk yang paket Rp 150 juta, uang sewa tempat bisa sampai Rp 25 juta namun bisa juga hanya Rp 7 juta. Soalnya, ia mengenakan sistem bagi hasil keuntungan. "Untung dan rugi tetap dibagi dua. 10 persen bagian saya akan saya simpan untuk membantu sewa tempat mitra", katanya.
Akir menargetkan, mitra bisa mengantongi omzet Rp 50 juta-Rp 100 juta setiap bulan. Dengan laba bersih 10 persen-15 persen, mitra bisa balik modal tidak kurang dari setahun. Ia mengklaim, banyak mitra yang kinerjanya memuaskan. Bahkan ada satu mitranya yang berhasil meraup omzet Rp 300 juta per bulan.(Dina Mirayanti Hutauruk)