Cabai Rawit Jablai, Pedasnya Memang Luar Biasa
KABUPATEN Ciamis saat ini mulai mengembangkan budidaya cabai rawit jablai dan cabai rawit mutiara
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- KABUPATEN Ciamis saat ini mulai mengembangkan budidaya cabai rawit jablai dan cabai rawit mutiara. Dua jenis cabai rawit itu tampilannya jauh berbeda dengan cabai rawit biasa. Kedua jenis cabai rawit ini buahnya jauh lebih besar dari cabai rawit biasa atau malah mirip cabai biasa. Tentu saja rasa pedasnya jauh lebih pedas dari cabai rawit biasa.
"Level pedasnya mencapai 2 atau tiga kali cabai rawit biasa. Saking pedasnya cabai rawit ini juga dijuluki cabai rawit setan," ujar Kepala Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sukamantri, Ciamis, Itang SpKp, kepada Tribun, Selasa (2/6/2014).
Cabai rawit jablai dan mutiara ini merupakan hasil kawin silang cabai rawit biasa atau sering juga disebut cabai rawit inul dengan cabai lokal tanjung. Saat ini perkawinan silang itu sudah dikembangkan oleh Kelompok Tani Cinta Mekar, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri bekerja sama dengan perusahaan Heinz ABC.
"Luas areal budidaya mencapai dua hektare. Sudah memasuki masa panen," ujar Ketua Kelompok Tani Cinta Mekar, Dede Wawan.
Kedua jenis cabai hasil inovasi petani sayur mayur di Sukamantri tersebut sebagian sudah dikeringkan dan sudah dijadikan benih. "Benihnya sudah kami serahkan ke Dinas Pertanian Ciamis untuk disebar ke 26 kecamatan di Kabupaten Ciamis," ujar Itang.
Buah cabai rawit jablai saat masih muda bewarna hijau dan setelah matang bewarna merah menyala. Sedangkan cabai rawit mutiara, buah mudanya bewarna memutih dan masaknya juga merah menyala. Tiap pohon bisa menghasilkan 1 kilogram buah (sekitar 40 potong), sementara cabai rawit biasa hanya 3 ons per pohon.
"Cabai ini cukup tahan terhadap penyakit, cocok untuk bumbu dapur, untuk sambal, cocok juga untuk industri saus. Memanen cabai rawit jumbo ini juga tak sesulit memetik cabai rawit biasa. Buahnya tahan lama, menggiurkan lagi, harganya jauh lebih baik cabai rawit biasa. Makanya cocok untuk dikembangkan di Ciamis. Tidak hanya di Sukamantri," ujar Itang. (sta)