KPR Diprediksi Tumbuh di Atas 20 Persen Pada Semester II
Faktor lain penyebab penyaluran kredit rumah kelas bawah kian besar adalah penerapan aturan LTV untuk rumah di atas 70 m2
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih akan tumbuh subur pada paruh kedua tahun ini. Bank Indonesia (BI) memprediksi, kredit rumah pada semester II-2014 bakal tumbuh di atas 20%.
Meski lebih tinggi di atas pertumbuhan kredit bank secara industri, BI memandang hal tersebut masih sehat. Sebab, kini, penyaluran KPR lebih terfokus pada rumah tipe kecil, yakni 22 m2 hingga 70 m2. Rumah tipe ini untuk tempat tinggal dan bukan sebagai ajang investasi.
"Permintaan rumah untuk kelas bawah masih tinggi, karena ada backlog (kekurangan) ketersediaan rumah mencapai 15 juta unit," terang Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, Jumat (11/7/2014) lalu. Faktor lain penyebab penyaluran kredit rumah kelas bawah kian besar adalah penerapan aturan loan to value (LTV) untuk rumah di atas 70 m2 dan kredit bagi rumah kedua.
Mengutip laporan BI per Mei 2014, KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 25% year on year (yoy) menjadi Rp 301 triliun. Pertumbuhan keduanya lebih tinggi jika dibandingkan kenaikan KPR dan KPA per Mei 2013 yang sebesar 16% menjadi Rp 240 triliun dari periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 206 triliun.
Namun, kenaikan penyaluran kredit hunian kelas bawah itu turut mengerek rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari 2,3% di Mei 2013 menjadi 2,5% per Mei 2014. Angka NPL itu, kata Halim, masih sehat meski BI meminta kalangan perbankan agar tetap berhati-hati.
Halim menambahkan, memang ada sejumlah bank yang memiliki NPL KPR di atas 5%. Dalam hal ini, BI akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengawasinya. "Memang ada beberapa bank yang memiliki NPL tinggi pada KPR. Bank itu perlu meningkatkan manajemen risikonya," imbuhnya.
Rumah mewah flat
Kalangan perbankan sendiri merasakan pertumbuhan KPR di kelas atas melambat. Misalnya Bank Negara Indonesia (BNI) yang menyasar pasar kredit rumah kelas seharga Rp 320 juta ke atas.
Dodit W. Probojakti, General Manager Konsumer BNI, mengaku, pertumbuhan KPR hanya 9% tahun ini. "Permintaan KPR saat ini kian rendah, sebesar Rp 700 miliar per bulan. Padahal, tahun sebelumnya mencapai Rp 1,1 triliun per bulan," katanya.
Sedangkan outstanding KPR BNI tumbuh 12% year on year (yoy) menjadi Rp 32,7 triliun per Juni 2014. Hingga akhir 2014, BNI menargetkan penyaluran KPR mencapai Rp 34,35 triliun.
Namun, Henry Koenaifi, Direktur Konsumer Bank Central Asia (BCA), bilang, kredit untuk rumah akan bergerak stagnan tahun ini. BCA sengaja tidak menggenjot pertumbuhan KPR karena kondisi ekonomi domestik dan global masih lemah serta pengetatan aturan uang muka KPR.
"Pertumbuhan kredit KPR sudah cukup, karena 3-4 tahun sebelumnya kami sudah tumbuh signifikan," kata Henry. Per Mei 2014, BCA membukukan outstanding kredit properti senilai Rp 53 triliun. Pada Maret 2014, outstanding-nya tidak berbeda jauh, yakni di posisi Rp 52,88 triliun. Sedangkan pada akhir 2013, angkanya tercatat sebanyak Rp 52,94 triliun.
Henry menambahkan, alasan perlambatan KPR juga akibat situasi politik selama pemilu presiden yang belum pasti. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat menunda rencana pembelian rumah. "Ke depan, kemungkinan masih akan ada kenaikan KPR, tapi kecil," ujarnya. (Nina Dwiantika)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.