Penjualan Otomotif Turun, Kredit Adira Seret
Terlebih, lanjut Made, pertumbuhan ekonomi di semester I–2014 juga ikut melambat dan menekan permintaan produk otomotif
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penjualan otomotif melambat, penyaluran kredit PT Adira Dinamika Multifinance Tbk ikut seret. Hingga paruh pertama 2013, kucuran kredit anak usaha PT Bank Danamon Tbk itu cuma tumbuh tipis.
Sepanjang periode Januari–Juni 2014, penyaluran kredit baru Adira tercatat sebesar Rp 16,8 triliun. Jumlah ini naik 8,39% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 15,5 triliun.
Direktur Adira Finance, I Dewa Made Susila, mengatakan, pembiayaan sepeda motor masih sedikit mendominasi penyaluran kredit baru Adira. Dewa bilang, porsinya pembiayaan sepeda motor mencapai 55%, atau setara Rp 9,25 triliun.
Pihak Adira menyatakan cukup puas dengan kondisi tersebut. "Kami masih tumbuh sesuai target," terang Made, Minggu (20/7). Selama paruh pertama tahun 2014, pertumbuhan pasar otomotif terbilang melambat, terutama di awal tahun. Hal ini membuat persaingan di industri pembiayaan makin ketat.
Terlebih, lanjut Made, pertumbuhan ekonomi di semester I–2014 juga ikut melambat dan menekan permintaan produk otomotif. Terutama penjualan kendaraan niaga dari para pelaku usaha. Melambatnya pertumbuhan ekonomi, secara langsung, akan menurunkan minat ekspansi para pengusaha untuk membeli kendaraan operasional baru.
Bagi Adira Finance, hal tersebut cukup membawa dampak negatif, terutama bagi permintaan pembiayaan kendaraan roda empat. Pasalnya, sebagian besar penyaluran kredit roda empat anak usaha Bank Danamon ini mengalir ke kendaraan niaga.
Toh begitu, sampai akhir tahun nanti, Made mengatakan, Adira masih belum berniat mengubah target penyaluran kredit sebesar Rp 38 triliun, atau naik 10% dari realisasi di 2013 lalu.
Made mengakui, masih cukup banyak ketidakpastian di semester kedua ini. Kondisi ekonomi makro juga sulit diprediksi.
Padahal, kondisi ekonomi makro itu bisa berdampak sistemik ke berbagai sektor, termasuk bisnis pembiayaan. "Bisa saja di semester kedua nanti suku bunga naik lagi," ungkapnya.
Situasi makin berat, lantaran di tahun ini kondisi politik menghangat seiring perhelatan pemilihan umum. Seperti halnya ekonomi makro, kondisi politik sedikit banyak juga turut mempengaruhi pasar.
Tren suku bunga tinggi pun turut menjadi momok bagi perusahaan pembiayaan. Karena menghimpun modal dari dana-dana mahal, Adira juga harus rela laba bersihnya tergerus.
Sepanjang semester I–2014, laba bersih yang dikantongi perusahaan pembiayaan ini tercatat sebesar Rp 542 miliar. Laba tersebut turun 28,5% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. (Tendi Mahadi)