Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dirut Mandiri: Perbankan Indonesia Kuat Hadapi Krisis

"Pengalaman menghadapi kemungkinan krisis sangat kuat. Kita punya pengalaman 1998 dan 2008. Saat itu kondisinya lebih parah ketimbang sekarang,"

Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Y Gustaman
zoom-in Dirut Mandiri: Perbankan Indonesia Kuat Hadapi Krisis
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Dirut Bank Mandiri terpilih, Budi Gunadi Sadikin melakukan jumpa pers usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan, di aula Plaza Bank Mandiri, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2013). Pemegang saham PT Bank Mandiri Tbk secara resmi menunjuk Budi Gunadi Sadikin sebagai Direktur Utama Bank Mandiri untuk masa jabatan 2013-2016 menggantikan Zulkifli Zaini yang telah menjabat dua periode. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Arif wicaksono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Bank Mandiri Tbk (BMTR) Budi Gunadi Sadikin yakin industri perbankan Indonesia kuat menghadapi kemungkinan terburuk situasi ekonomi pascapelaksanaan Pilpres 2014. Sejumlah bankir diakuinya berpengalaman mengendalikan krisis pada 1998 dan 2008.

"Pengalaman menghadapi kemungkinan krisis sangat kuat. Kita punya pengalaman 1998 dan 2008. Saat itu kondisinya lebih parah ketimbang sekarang, dolar AS sempat di atas kondisi sekarang yang mencapai Rp 13 ribu per dolar AS," kata Budi dalam diskusi 'Economic Outlook Pascapemilihan Umum 2014,' di Jakarta, Senin (18/08/2014).

Budi meyakini situasi pascapemilu juga akan terus membaik. Hal ini tampak dalam pemilu sebelumnya di 2004 dan 2009 yang malah menunjukkan sentimen positif setelah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih. Jadi tidak ada sntimen negatif terhadap pasar keuangan.
"Sejauh ini sangat baik, tidak ada sentimen negatif pascapilpres," katanya.

Seperti diketahui ada kondisi eksternal dan internal yang dapat memengaruhi indeks. Beberapa situasi seperti Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK) dan tekanan atas kondisi geopolitik di Ukraina-Rusia dapat berpengaruh ke kondisi ekonomi di Indonesia.

Indonesia sendiri memiliki potensi tekanan fundamental terkait membesarnya defisit neraca berjalan yang disebabkan melambatnya pertumbuhan perekonomian global dan membesarnya subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak di pasaran dunia internasional.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas