Dirut Pertamina Diminta Bukan dari Alumni Petral
Sejumlah nama calon untuk menggantikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan terus menyeruak.
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah nama calon untuk menggantikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan terus menyeruak. Para direktur dari internal Pertamina sendiri sudah digadang-gadang untuk mengisi posisi strategis tersebut.
Nama dari internal yang muncul adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya, Direktur Gas Hari Karyuliarto dan mantan Direktur Pemasaran dan Niaga Ahmad Faisal.
Pengamat Energi yang juga Dosen Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Kurtubi, mengingatkan direktur utama Pertamina yang baru harus mengerti betul industri migas dan tidak bisa dibohongi oleh staf ahli hingga para direkturnya. Pasalnya, semua kelompok kepentingan seringkali masuk lewat jalur-jalur bawahan direktur utama.
“Sudah lazim diketahui kelompok kepentingan itu masuk lewat macam–macam, bisa lewat direktur dan lain-lain, sehingga Pertamina kecolongan, yang tak kalah penting direktur utama yang baru harus baru bekerja untuk kepentingan rakyat,” kata Kurtubi, Selasa (26/8/2014).
Menyinggung sejumlah nama direktur yang disebut-sebut akan menggantikan Karen, Kurtubi mewanti-wanti agar jangan sampai calon itu pernah terlibat di Petral atau pernah menduduki sebagai direktur Petral. Petral adalah anak usaha Pertamina yang selama ini mengurusi impor minyak Pertamina.
“Lihat saja track record dari internal itu, jangan sampai yang pernah jadi direktur Petral, karena mafia bermain di segala lini, mereka menyogok yang sebenarnya pakai uang negara dari hasil impor minyak,” tegas Kurtubi. Salah satu kandidat yakni Hanung adalah mantan Direktur Utama Petral.
Ia menambahkan, sosok pengganti Karen harus imun dari tekanan politik dan juga mafia migas sekaligus memiliki integritas. “Harus bebas dari mafia migas itu mutlak dan harus karena tiap tahun Pertamina impor minyak nilainya mencapai 45 miliar dolar AS. Mafia pasti berupaya segala macam cara agar pimpinan Pertamina mempertahankan impor lewat pihak ketiga, bukan dari produsen langsung,” tuturnya.
Mafia migas, tegas Kurtubi, harus diberantas meski kemudian tak bisa dipungkiri ada back up misal dari menteri atau pejabat yang tengah berkuasa. Padahal, sudah pasti, keuangan negara digerogoti. “Perlu perubahan besar jangan pernah memberi ruang pada mafia,” ujarnya.
Pengamat Kebijakan Migas Yusri Usman sebelumnya berkomentar, nama-nama dari kalangan internal Pertamina yang beredar selama ini tak punya kapabilitas menggantikan Karen. Hanung Budya dan Hari Karyuliarto misalnya tak cocok sebagai pengganti Karen karena beberapa sebab.
"Sebabnya jelas, dua nama itu sudah terkenal dekat dengan trader migas. Apa cocok calon dirut Pertamina nantinya adalah orang yang berurusan dengan jual migas ke para trader. Seharusnya mereka kan fokus dalam meningkatkan kecukupan migas nasional, bukan malah berusan dengan para trader untuk berbagai kepentingan," katanya. Hari Karyuliarto sendiri dikenal dekat dengan para broker gas.
Begitu pula dengan Ahmad Faisal. Menurut Yusri sulit dibayangkan jika orang nomor satu Pertamina mendapat banyak intervensi dan titipan dari pihak luar. "Jadi sebenarnya sama saja dari internal atau eksternal. Tapi ya itu satu, kalau internal jangan tiga nama tersebut, namun kalau dari eksternal juga tidak boleh dapat titipan dari banyak pihak," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.