Ekonom Berharap Ada Jokowi Efek pada 20 Oktober
Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, berharap akan ada Jokowi efek pada saat pelantikan presiden
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, berharap akan ada Jokowi efek pada saat pelantikan presiden dan wakil presiden 2014-2019, pada 20 Oktober 2014 mendatang.
Menurut Tony, Jokowi efek pertama kali tercipta saat Gubernur DKI Jakarta tersebut mencalonkan diri sebagai presiden. Hal tersebut, membuat penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi Rp 11.200 per dolar AS.
"Namun itu tidak lama, karena adanya kabar quantitative easing mau dihentikan, jadi rupiah melemah lagi. Suasana pemilu yang menegangkan juga menghilangkan Jokowi efek," ujar Tony dalam diskusi masukan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 di Jalan Cemara, Nomor 19, Jakarta Pusat, Senin (1/9/2014).
Dengan begitu, Tony meminta kepada Jokowi-JK agar dapat menciptakan susunan kabinet ke depan seusai dengan keingginan masyarakat dan dapat memacu investasi asing masuk ke dalam negeri.
"Kita harap 20 Oktober ada Jokowi efek, sehingga mampu membuat rupiah menjadi menguat terhadap dolar. Dan nantinya dapat menurunkan BI Rate (suku acuan bunga perbankan, red) dapat menurun secara pelan-pelan, dari sekarang 7,5 persen," tutur dia.