Tim Ekonomi Jokowi-JK Siapkan Program Antisipasi Bila Harga BBM Naik
Pihaknya berjanji apapun kebijakan yang diputuskan pemerintah nanti tidak akan mengganggu kesejahteraan rakyat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Ekonomi Jokowi-JK, Wijayanto Samirin mengatakan masyarakat tak perlu khawatir mengenai hiruk-pikuk isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pihaknya berjanji apapun kebijakan yang diputuskan pemerintah nanti tidak akan mengganggu kesejahteraan rakyat.
Wijayanto mengatakan pihaknya tengah menganalisis secara mendalam terkait program-program yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal itu sebagai antisipasi bila harga bahan bakar dinaikkan.
"Tugas kami di tim (ekonomi Jokowi-JK) adalah menyediakan menu, skenarionya, strateginya, persiapan apa yang akan diambil supaya (persoalan kenaikan harga BMM) kemiskinan tidak melejit, supaya inflasi kita tetap terkontrol, berapa harganya, dan waktunya seperti apa," ujarnya kepada wartawan, di Menteng, Minggu (7/9/2014) siang.
Menurutnya kalaupun muncul ada pengaruh ketika keputusan berat itu diambil, ia berharap tidak terlalu drastis dan sifatnya hanya temporer,"Tapi kita siapkan berbagai program komperehensif sekali." katanya.
Akademisi universitas Paramadina ini menuturkan program yang disiapkan antara lain berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) terhadap masyarakat.
Ia memaparkan program tersebut melingkupi banyak hal seperti masalah pendidikan, kesehatan, masalah penciptaan lapangan pekerjaan, serta bantuan cash atau uang tunai. Namun bantuan ini pun akan diarahkan sedemikan mungkin supaya orang yang menerima tidak dimanfaatkan untuk konsumsi saja, melainkan dimanfaatkan dengan hal-hal yang sifatnya produktif.
Langkah konkritnya, ia melanjutkan pihaknya akan mempersiapkan tim untuk untuk mendapingi kelompok-kelompok kecil guna menjalankan bisnis-bisnis kecil. Pun demikian, bisnis tersebut tergantung masing-masing daerah. Seperti bisnis yang pas untuk pedesaan begitu pun bila di perkotaan.
"Jadi belum ada kepastian apakah itu dijadikan atau tidak. Tergantung keputusan pak Jokowi-JK tentang kebijakan terkait harga BBM ini," ujarnya.
Ia menyatakan perihal kenaikan harga BBM merupakan bukan keputusan ekonomi, melainkan keputusan polisitis. Adapun skenario sekarang yang diambil antara Rp 500-3000. Angka tersebut serupa dengan yang disampaikan Deputi Tim Transisi Andi Wijayanto.
"Jadi nanti Pak Jokowi-JK akan menyampaikan (keputusan) itu terbuka kepada masyarakat," imbuhnya.
Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap tidak menaikkan harga BBM sebelum massa pergantian pemerintahan baru tidak apa-apa. Asalkan tidak menaikan hutang kepada pemerintahan mendatang.
Menurutnya beban dengan tidak menaikkan harga BBM yang dialihkan ke pemerintahan mendatang tidaklah fair.
"Faktanya adalah SBY tidak menaikan harga BBM. Menggelembung jadi subsidi yang menggelembung ini jadi pemerintah dibayar di Pertamina, bayar oleh pak SBY sendiri jangan dibayar oleh pemerintahan yang akan datang, fair dong," katanya.
"Saya sih berharap pak SBY luluh hatinya menuliskan di lembaran terakhir di pemerintahannya dengan tinta emas, bahwa dia (SBY) betul-betul presiden yang patut dibanggakan," lanjutnya.
Dia menuturkan bila beban ini tidak mau di tanggung generasi sekarang, dapat dibayangkan setiap tahun akan meng import 741 ribu barel setiap hari. Menurut Faisal bulan September ini dianggap momen tepat untuk menaikkan harga BBM dengan menaikan setidaknya Rp 1.500, atau sekitar Rp 1.800.
"Ya telat sehari anda kalikan 741 ribu barel kali 18 untuk dapatkan liter, itu uang yang kita bakar setiap hari. Jadi itu ongkos menunda-menunda menyelesaikan masalah. Artinya kanker sudah merembet kemana-mana termasuk kelas menegah juga yang menderita. Jadi mohon dengan kerendahan hati kebesaran jiwa, bulan ini dinaikkan," ujarnya.
Ia menambahkan bila nanti agenda utama presiden baru dilantik bukan menaikan harga BBM. Dikatakan akan ada waktu untuk menaikan segala macam dilakukan pada bulan Februari, sehingga efek kenaikan dilakukan harga BBM ini lebih dari 7,5 persen efeknya relatif kecil, bahwa kenaikan harga BBM membuat panik semua.
"Tapi kanker hanya bisa diobati secara kemoterapi setelah itu kankernya habis," ujarnya.(Rahmat Patutie)