Warga Buru Elpiji 3 Kg
Kenaikan harga elpiji 12 kg membuat warga yang biasa memakainya mulai berpindah ke gas elpiji 3 kg
Editor: Hendra Gunawan
"Saya kira kenaikannya sangat tinggi sehingga bakal memberatkan warga dan pasti akan banyak warga yang beralih ke gas 3 kg. Tapi anehnya, gas 3 kg sekarang jadi sulit didapat. Alasan agen tempat saya beli di Cilember sih kabarnya pasokannya lagi sulit," ujar Wawan saat ditemui di salah satu agen gas di Jalan Encep Kartawiria, Kota Cimahi, kemarin.
Kepala Cabang Limas Raga Inti, Richie Aprigani, mengatakan kenaikan harga gas elpiji 12 kg sudah langsung diterapkan kepada pengecer yang membeli. Bahkan di lokasi agen distribusi khusus 12 kg yang berlokasi di Jalan Encep Kartawiria, Kota Cimahi, itu pun sudah dipasang pengumuman kenaikan sebagai langkah sosialiasasi.
"Sementara ini untuk kenaikan gas 12 kg tidak ada komplain dari pelanggan. Bahkan pasokan dari Pertamina juga tetap lancar," kata Richie, yang mengakui hanya menjual gas 12 kg dan selalu mendapat pasokan sekitar 300 tabung per hari.
Pasokan 3 kg juga mulai dibatasi di sejumlah pangkalan di Soreang. Udin Rudiyanto (50), pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan Terusan Alfathu, tepatnya di Kampung Andir, Desa/Kecamatan Soreang, mengatakan, para pelanggan hanya boleh membeli maksimal delapan tabung gas.
"Penjualannya terpaksa dibatasi agar semuanya bisa kebagian. Yang beli pun harus memesan dari jauh-jauh hari," kata Udin, kemarin.
Suparno (40), salah seorang pengecer, mengaku cukup kesulitan untuk memperoleh gas 3 kilogram. Pembelian gas pun diakui Suparno dibatasi oleh pihak pangkalan. Tak jarang Suparno harus mengantre agar bisa mendapatkan tabung gas.
"Kalau harga gas 12 kilo naik, kemungkinan akan lebih sulit dapat gas 3 kilonya. Soalnya banyak yang beralih karena gas 12 kilo lebih mahal," ujar Suparno, yang tengah menunggu pasokan gas di Jalan Terusan Alfathu, Soreang.
Kabid LPG 3 kilogram DPC Hiswana Migas Bandung-Sumedang, Tua Siagian, mengatakan, dampak dari menurunnya pasokan gas 12 kilogram akan membuat langkanya gas 3 kilogram di pasaran. Padahal, pihaknya sudah menambah pasokan gas.
"Memang hingga saat ini, kami belum melihat secara signifikan adanya migrasi pengguna gas 12 kilo ke gas 3 kilo. Masyarakat jangan terlalu panik karena pasokan masih aman," ujar Tua saat dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg terjadi di wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat. Kalaupun ada, warga harus membeli dengan harga selangit, mencapai Rp 24 ribu per tabung.
Salah seorang warga Desa Pasirpogor, Kecamatan Sindangkerta, KBB, Muhammad Ridwan (36), mengatakan, dalam seminggu terakhir hampir semua warung yang biasa menjual gas elpiji 3 kg di desanya sudah kehabisan stok.
Menurut dia, harga gas elpiji 3 kg baik di tingkat pangkalan maupun pengecer di Sindangkerta, rata-rata harganya sudah di atas Rp 20 ribu per tabungnya.
"Tadi (kemarin) malam saya beli harganya sudah Rp 23 ribu per tabung," kata Ridwan saat ditemui Tribun, Rabu (10/9).
Ade (40), juga warga Sindangkerta, mengaku sangat kesulitan untuk memperoleh tabung gas elpiji 3 kilogram. Dijelaskannya, ia telah berkeliling ke warung-warung pengecer dekat tempat tinggalnya. Namun, hampir semua pengecer mengaku tak lagi memiliki pasokan gas 3 kg.
"Susah banget. Cari ke mana-mana enggak dapat. Pas giliran dapat ternyata harganya sangat mahal. Harganya Rp 24 ribu," kata Ade. (ddh/cr4/zam/wij)