Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Berbisnis Kayu Tidak Ada Matinya

Larangan impor kayu hutan, oleh negara-negara maju(eco-labeling) telah menghentikan eksplorasi kayu. Budidaya tanaman penghasil kayu menjadi strategis

Editor: Ade Mayasanto
zoom-in Berbisnis Kayu Tidak Ada Matinya
TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HP/TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HP
M Arsyad (kiri) mengolah kayu jati milik pejabat Dinas Kehutanan Kaltim menjadi mebel mahal senilai 15 juta, dalam waktu dua minggu, di Workshop Citra Lestari miliknya jalan Pangeran Suryanata Kelurahan Bukit Pinang, Senin (30/1/2012) Aneka kerajinan kayu dan mebel buatannya berbahan kayu jati, mahoni, ulin, kayu pohon nangka. Semenjak tahun 200 hingga kini, bersama 4 orang pekerjanya, Arsyad menyelesaikan pautung pesanan dari Jakarta dan daerah lain di Indonesia serta Malaysia. (TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HP) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - POHON jati dibudidayakan secara khusus hanya untuk dipanen kayunya. Kelas kekuatan, kekerasan, dan keawetan kayu jati tergolong paling tinggi, dibanding dengan kayu lain. Keunggulan lain kayu jati adalah mudah diolah. Di bawah tegakan jati, bisa dibudidayakan beberapa komoditas seperti jahe, kunyit, temu-lawak, lempuyang, atau iles-iles.

Nilai komoditas yang dibudidayakan di bawah tegakan hutan jati tidak akan setinggi nilai kayu jati itu sendiri. Itu yang membuat jati berbeda dengan kenanga, pinus, kayumanis, dan bambu. Kenanga pohon (bukan kenanga perdu) merupakan penghasil cananga oil, yang didestilasi dari bunganya. Pada umur antara 6 tahun 8 tahun, kenanga mulai menghasilkan bunga.

Pada umur 20 tahun, batang kenanga mulai bisa ditebang. Kayu kenanga merupakan hasil sampingan dari bisnis cananga oil. Nilai kayu kenanga masih cukup tinggi karena secara spesifik diperlukan sebagai bahan peredam suara. Demikian pula dengan kayu pinus yang dibudidayakan Perum Perhutani. Pinus ditanam untuk disadap getahnya (resinnya), yang akan diolah menjadi gondorukem dan terpentin.

Setelah produktivitas getah turun, pohon ditebang untuk diambil kayunya. Demikian juga karet sebagai penghasil lateks, pohon damar dan kemenyan sebagai penghasil resin, serta kayu manis yang dipanen kulitnya. Kayu merupakan hasil sampingan dari kelima komoditas itu.
Setara sengon

Larangan impor kayu hutan, oleh negara-negara maju(eco-labeling) telah menghentikan eksplorasi kayu. Budidaya tanaman penghasil kayu menjadi sangat strategis dan ekonomis. Strategis, karena budidaya kayu mampu menghentikan, minimal, mengurangi pembabatan hutan, yang berdampak ke perusakan lingkungan.

Ekonomis, karena keuntungan dari agroindustri budidaya kayu masih tetap tinggi, dengan pasar yang sangat luas. Selain jati, komoditas yang dibudidayakan hanya untuk dipanen kayunya antara lain sengon (jeungjing), mahoni, akasia mangium, sana keling, gamelina, balsa, dan jabon.

Belakangan ini, budidaya jabon sangat dibesar-besarkan oleh pedagang benih dan pelaksana agroforestri bagi hasil, hingga muncul euforia semu. Keuntungan jabon sejatinya tidak seperti yang dipromosikan. Terlebih, apabila jabon disebut sebagai jati bongsor.

Berita Rekomendasi

Ini sudah penipuan karena jabon (Neolamarckia cadamba) jelas spesies yang berbeda dengan jati (Tectona grandis). Kualitas dan harga kayu jabon hanya setara dengan kayu sengon. Perum Perhutani sejak tahun 1950-an memasukkan pohon jabon sebagai salah satu tanaman reboisasi. Bagi Perhutani, jabon bukan merupakan tumbuhan dengan nilai keunggulan tinggi, atau spesifik.

Lamtoro (petai cina, Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus), dan gamal (Gliricidia maculata) merupakan penghasil kayu sekaligus tanaman peneduh di perkebunan. Selain sebagai penghasil kayu, dan peneduh, tiga jenis tanaman ini juga bisa menyuburkan lahan. Sebagai tanaman familiFabaceae, lamtoro, gamal, dan kaliandra mampu menangkap nitrogen (N), dari udara, dan dengan bantuan mikoriza, nitrogen itu akan disimpan pada bintil akar di dalam tanah. Tiga jenis tanaman peneduh ini memang hanya menghasilkan kayu bakar dan arang. Belakangan kayu yang bernilai ekonomis bukan hanya kayu keras, kuat, awet, dan mudah dikerjakan. Kayu lunak, seperti kapuk randu (Ceiba pentandra) dan pulai (Alstonia scholaris), juga disenangi konsumen.

Warna putih, tekstur yang halus, dan bobot yang ringan menyebabkan kayu ini laris. Agar kuat, kayu ini dibuat jadi potongan 3 cm x 5 cm x 60 cm, kemudian ditata saling silang, diberi lem, dan dipadatkan dengan proses pengepresan. Terciptalah partisi yang ringan, putih, halus, sekaligus kuat. Kayu kapuk dan pulai merupakan substitusi dari gamelina, albisia, dan balsa.

Kayu bakau dan api-api belakangan juga menjadi sangat langka karena banyak ditebang dari kawasan mangrove. Bakau dan api-api tergolong kayu keras, kuat, dan juga awet. Namun kayu ini sulit dikerjakan (liat). Kayu lain yang berkarakter demikian seperti rambutan, lengkeng, sawo durian, akasia gunung. Kayu yang keras, kuat, dan awet, tapi sulit dikerjakan, paling banyak dimanfaatkan untuk bahan arang. Bakau, akasia gunung, dan rambutan adalah kayu penghasil arang kualitas terbaik. Arang kayu kualitas terbaik bukan hanya digunakan bahan bakar, melainkan juga untuk karbon aktif.

Kayu lengkeng tua yang keras, kuat, awet, tapi sulit dikerjakan, sekarang laris manis sebagai bahan meja country, yang hanya berupa balok dibelah tebal, dan diberi kaki. Setelah ketentuan ecolabeling diterapkan, harga komoditas kayu cenderung terus naik. Kebutuhan pulp dan rayon juga meningkat. Harga kayu kualitas tinggi seperti jati, ulin, dan eben jadi lebih tinggi daripada harga besi, aluminium, dan beton. Ini sesuai hukum pasar. Kalau permintaan tinggi, pasokan rendah, harga akan naik.

Penulis: Rahardi: Anggota Dewan Pakar Masyarakat Agrisnis Indonesia

Tags:
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas