BNI Invasif ke Luar Negeri Untuk Hadapi MEA
Kendati tidak menyandang predikat jawara di negeri sendiri, Bank BNI berambisi menjadi bank yang diperhitungkan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kendati tidak menyandang predikat jawara di negeri sendiri, Bank BNI berambisi menjadi bank yang diperhitungkan di kancah regional. Menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), BNI getol menambah jejaring bisnis di negara tetangga.
Gatot M. Suwondo, Direktur Utama BNI menyatakan, pihaknya tengah memproses pembukaan jaringan kantor di sejumlah negara Asia, yakni Myanmar, Korea Selatan (Korsel), dan Saudi Arabia. Gatot bilang, pembukaan kantor BNI di Myanmar sudah masuk tahap finalisasi. BNI tinggal menunggu perbaikan undang-undang (UU) perbankan di negara tersebut.
"Kami juga mau buka di Korea. Ini sudah dibicarakan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di Arab Saudi, BNI sudah apply," kata Gatot kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Abdullah Firman Wibowo, SVP Head of International Banking BNI menjelaskan, ekspansi BNI di Myanmar ditargetkan beroperasi pada akhir tahun ini. "Tinggal menunggu izin bank sentral Myanmar. Izin dari OJK sudah kami dapatkan," imbuh Firman. Sedangkan kantor cabang di Korsel ditargetkan beroperasi pada awal tahun depan.
Hingga kuartal III tahun ini, BNI telah merambah lima negara, yakni Singapura, Hong Kong, dan Jepang dengan lisensi kantor cabang penuh alias full branch. Sementara, kantor cabang BNI di Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengantongi lisensi wholesale alias bisnis korporasi dan agensi.
Pendapatan bunga bersih (NII) cabang luar negeri BNI sebesar 12,3 juta dolar AS. Sementara pendapatan komisi (fee based income) 18,9 juta dolar AS. Proyeksi BNI, pendapatan operasional mencapai 40,5 juta dolar AS dan pendapatan bersih sebesar 11,7 juta dolar AS pada akhir tahun ini.
Di dalam negeri, BNI sibuk mencari partner strategis untuk membesarkan sang anak usaha, yaitu BNI Multifinance dan BNI Syariah. BNI bahkan rela melepas kepemilikan saham mayoritas di BNI Multifinance hingga 90 persen. "Saham BNI di BNI Multifinance bisa tinggal 10 persen," ujar Gatot.
Alasannya, BNI Multifinance butuh modal besar dari investor agar bisa membiayai sektor perkapalan. (Dea Chadiza Syafina/Issa Almawadi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.