BI Minta Pemprov Jabar Pertahankan Daya Beli Warga
Jawa Barat melakukan program pemberdayaan masyarakat untuk mempertahankan daya beli ketika terjadi kenaikan harga BBM.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Meski Pertumbuhan ekonomi Jabar pada Triwulan III 2014 cukup stabil, namun terjadi perlambatan di beberapa sektor. Untuk memitigasi perlambatan ekonomi lebih dalam, Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten) mengharapkan pemerintah provinsi hingga kabupaten/kota di Jawa Barat melakukan program pemberdayaan masyarakat untuk mempertahankan daya beli ketika terjadi shock kenaikan harga BBM.
"Pemberdayaan di sini untuk bagaimana mempertahankan daya beli ketika terjadi shocks kenaikan harga BBM. Di sini pemerintah daerah bisa menjadi stimulus perekonomian saat shocks terjadi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten), Dian Ediana Rae, di Kantor Bank Indonesia Wilayah VI, Bandung, Selasa (11/11/2014).
Ditambahkan Dian, pertumbuhan ekonomi Jabar triwulan III 2014 secara tahunan tercatat 5,61 persen tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan II 2014 yang sebesar 5,67 persen.
"Secara kumulatif dari Januari hingga September 2014, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat 5,60 persen," kata Dian .
Realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini, katanya, sejalan dengan perkiraan Kantor BI Wilayah VI dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Jabar pada Triwulan II 2014. Dalam kajian tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2014 akan berada dalam batas bawah kisaran 5,6 persen hingga 6,0 persen.
Meski stabil, diakui ada perlambatan pertumbuhan ekonomi di Jabaryang didorong oleh beberapa hal. Salah satunya dari sektor pertanian. Musim kemarau mengakibatkan produksi pertanian menurun, hingga pertumbuhan di sektor ini melambat cukup dalam.
Hal tersebut dilihat dari pertumbuhan sektor ekonomi pada triwulan III 2014 ini hanya 0,38 persen atau turun dari triwulan II 2014 yang mencapai 2,29 persen.
"Perlambatan ini seiring dengan musim kemarau yang membuat produksi pertanian khususnya tanaman pangan mengalami penurunan," katanya.
Selain pertanian, katanya, sektor industri juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan II 2014 pertumbuhan di sektor ini mencapai 4,94 persen, namun di triwulan ini menurun menjadi 4,53 persen. "Penurunan terjadi terutama di industri makanan dan minuman," katanya.
Walaupun demikian, BI memandang realisasi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan ini sejalan dengan langkah pengelolaan stabilitas makroekonomi antara otoritas fiskal bersama otoritas moneter, terutama untuk pengendalian inflasi dan mengatasi defisit neraca pembayaran.
(tif)