Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pertamina Harus Fokus di Bisnis Minyak

Fahmy Radhi, mengatakan salah satu tugas pertama dirut baru yakni membenahi korporasi dalam kesesuaiannya dengan tata kelola migas.

Penulis: Sanusi
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pertamina Harus Fokus di Bisnis Minyak
net
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri BUMN Rini Soemarno akhirnya mengumumkan nama Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) yang baru. Tugas berat menanti sang nakhoda baru.

Anggota Komite Reformasi Tata Kelola Migas sekaligus pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, mengatakan salah satu tugas pertama dirut baru yakni membenahi korporasi dalam kesesuaiannya dengan tata kelola migas.

"Tugas pertama dalam waktu dekat tentu saja membersihkan mafia migas karena ia dari luar tidak punya beban," ucap Fahmi, Senin (1/12/2014).

Tugas selanjutnya, kata Fahmi, memperbaiki sisi Good Corporate Governance (GCG) Pertamina, yang terutama adalah pembenahan skema bisnis yang saat ini sarat mengakomodir para pemburu rente/broker migas yang hanya ongkang-ongkang kaki namun menikmati margin besar.

"Soal broker migas itu juga kritik yang saya sampaikan ke Pertamina. Bukan hanya di sisi minyak dan LPG, bahkan anak usahanya yang baru dibentuk pada akhir tahun 2010 pun, seperti Pertagas misalnya, kan selama ini selalu menjual gas kepada para trader dan broker, bukan langsung ke konsumen," tegasnya.

Untuk itu, Komite Reformasi Migas akan membuat semacam pagar agar pemburu rente, termasuk broker gas, tidak bisa mendekat. Manakala mendekat sudah kesetrum.

"Tak kalah penting, fokus ke hulu juga harus dilakukan misal capacity building kemampuan Pertamina dan pegawainya, bukan hanya sekedar jadi ndoro dengan skema kontrak kerja sama dengan asing seperti konsep TAC, JOB dan lainnya," kata Fahmy.

Berita Rekomendasi

"Fokus di hulu dengan cara peningkatan kemampuan lokal seperti itu akan mempercepat Pertamina bertransformasi menjadi perusahaan kelas dunia," tegasnya.

Fahmy mengingatkan, terjadinya kongkalikong dengan para pemburu rente hingga maraknya broker migas, karena tata kelola migas selama ini memungkinkan untuk itu. Juga, diduga ada faktor kepentingan tertentu dari pengambil keputusan baik di Pertamina maupun di instansi Pemerintah yang memegang otoritas dan kebijakan.

"Bisa juga mental si pengambil keputusan," tandasnya.

"Mari kita dukung Pemerintah untuk menjadikan Pertamina sebagai National Oil Company kebanggaan Indonesia, yang fokus dalam peningkatan kinerja di sektor minyak dan penguasaan hulu migas," kata Fahmy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas