OJK Dorong Wanita dan UMKM untuk ‘Melek Keuangan’
Wanita khususnya ibu rumah tangga berperan utama dalam pengelolaan keuangan keluarga termasuk menentukan pendidikan anak-anaknya.
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wanita khususnya ibu rumah tangga berperan utama dalam pengelolaan keuangan keluarga termasuk menentukan pendidikan anak-anaknya.
Namun sayangnya, hanya 18,84 persen wanita di Indonesia yang sudah memiliki pengetahuan yang memadai mengenai lembaga keuangan beserta produk dan jasanya (melek keuangan). Angka tersebut masih didominasi oleh pekerja formal sedangkan untuk kalangan ibu rumah tangga hanya 2,18 persen.
Angka ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap 8.000 responden pada tahun 2013 lalu di 20 provinsi. Hasil survei juga menyebutkan tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap keuangan baru mencapai 21,8 persen dan tingkat utilisasi (penggunaan produk dan jasa keuangan) sebesar 59,7 persen. Adapun untuk ibu rumah tangga yang sudah menggunakan produk dan jasa keuangan masih terhitung rendah sebesar 3,37 persen.
Apabila dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk perempuan sebanyak 118 juta jiwa atau sekitar 49,66 persen dari total penduduk Indonesia. Dari 118 juta wanita, sebanyak 74 juta merupakan ibu rumah tangga.
"Dengan jumlah ibu rumah tangga yang demikian banyak, sedangkan tingkat literasi keuangan yang masih rendah inilah yang mendorong OJK untuk melakukan edukasi dan sosialisasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan bagi wanita dan ibu rumah tangga,” kata Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, sekaligus Ketua Kelompok Kerja (Pokja) PKR 2014, Agus Sugiarto, di Jakarta, Rabu (17/12/2014).
“Salah satu fokus utama program edukasi dan sosialiasi di tahun 2014 adalah menyasar wanita dan juga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kedua kalangan itu merupakan bagian dari enam segmen yang disasar OJK selain pelajar, mahasiswa, karyawan atau profesi, dan pensiunan untuk periode 2014-2018,” papar Agus.
Berdasarkan survei OJK 2013, tingkat literasi keuangan pelaku UMKM hanya 40,7 persen, sedangkan tingkat utilisasi produk dan jasa keuangan oleh sektor ini mencapai 60,62 persen. Sektor UMKM sendiri mempekerjakan lebih dari 107 juta orang atau 95 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan domestik bruto (PDB) mencapai 50 persen.
Atas dasar inilah, maka keberadaaan perempuan dan pelaku UMKM menjadi penting bagi industri sektor jasa keuangan di Indonesia. karena bisa memicu penguatan dasar ekonomi nasional. Berangkat dari hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan OJK guna mendorong peningkatan literasi yang dilakukan melalui program edukasi keuangan dengan materi yang disusun secara khusus untuk ibu rumah tangga dan pelaku UMKM.
Ketua Bidang Komunikasi Kelompok Kerja (Pokja) PKR 2014, Nini Sumohandoyo, mengatakan sebagai implementasi dari edukasi dan sosialiasi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat, di penghujung tahun ini OJK bersama-sama dengan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yaitu perusahaan-perusahaan jasa keuangan dari beragam sektor, menggelar Pasar Keuangan Rakyat (PKR) 2014 di Indramayu pada 18 Desember 2014 berupa peluncuran layanan keuangan mikro.
Dilanjutkan di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran Jakarta, pada 20-21 Desember 2014 yang bertujuan untuk mensosialiasikan berbagai produk keuangan mikro yang dimiliki LJK kepada masyarakat, khususnya golongan menengah ke bawah. Kegiatan tersebut juga didukung dengan penyelenggaraan transaksi Layanan Keuangan Mikro, edukasi keuangan, serta pemberian insentif seperti diskon pembelian produk dan jasa keuangan mikro bagi masyarakat.
“LJK berkomitmen menyediakan produk keuangan mikro yang dapat dijangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Contohnya untuk industri asuransi telah memiliki produk standar asuransi mikro yaitu Asuransi Mikro Penuh Cinta (Si Peci) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI),” kata Nini.
Selain asuransi, ada juga produk perbankan mikro, yakni tabungan tanpa biaya administrasi, produk reksa dana mikro yang nilai awal investasinya adalah Rp 100 ribu, dan pembiayaan investasi logam mulia dengan cicilan ringan. “LJK di bawah naungan OJK, berkomitmen untuk turut mendukung peningkatan literasi keuangan masyarakat, baik dengan sosialiasi, edukasi, juga penyediaan produk yang mudah diakses masyarakat,” kata Nini.