Pagi Ini Minyak Dunia 55,26 Dollar AS per Barrel
Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan Rabu (21/4/2015), setelah koalisi yang dipimpin Saudi mengakhiri serangan militer di Yaman
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, New York - Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan Selasa (21/4/2015) waktu setempat (Rabu pagi WIB), setelah koalisi yang dipimpin Saudi mengakhiri serangan militer di Yaman dan pasar memperkirakan kenaikan persediaan minyak mentah AS.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, merosot 1,12 dollar AS atau dua persen, menjadi ditutup pada 55,26 dollar AS per barrel pada hari terakhir perdagangan kontrak di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, patokan global, menetap di 62,08 dollar AS per barrel di perdagangan London, turun 1,37 dollar AS atau 2,2 persen dari penutupan Senin.
"Minyak dilanda aksi jual karena Saudi akan mengakhiri operasi mereka di Yaman," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
Sementara itu ekspektasi untuk laporan persediaan mingguan pada Rabu dari Departemen Energi AS (DoE) "bearish". Persediaan minyak mentah tertinggi sepanjang sejarah negara itu diperkirakan telah meningkat 2,5 juta barrel dalam pekan yang berakhir 17 April menurut survei kepada para ahli oleh Bloomberg News.
DoE melaporkan, pada pekan yang berakhir 10 April persediaan minyak mentah AS naik 1,3 juta barrel menjadi 483,7 juta barrel, 89,6 juta barrel lebih tinggi dari setahun sebelumnya.
Sementara itu, persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak, naik 1,28 juta barrel menjadi 61,46 juta barrel. Sedangkan produksi minyak mentah AS turun 20.000 barrel menjadi 9,384 juta barrel per hari pada pekan tersebut.
Harga minyak telah kehilangan sekitar setengah dari nilai mereka sejak Juni lalu di tengah kelebihan pasokan dan pertumbuhan permintaan yang lemah.
Bagi banyak analis, kenaikan harga minyak terutama akibat pembelian spekulatif oleh para investor yang bertaruh bahwa fundamental pasokan dan permintaan akan membaik. Berita minggu lalu tentang produksi minyak AS sedikit menurun telah mendorong harga.
"Tidak ada penjelasan yang mendasar untuk lonjakan harga," analis Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan penelitian pada Selasa.
"Karena produksi minyak OPEC naik tajam, pasar tetap kelebihan pasokan secara signifikan," tambahnya.