Kinerja Unitlink Saham Paling Jeblok
Kinerja pasar saham dan surat utang diperkirakan masih belum bayak bergairah dalam waktu dekat.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kinerja pasar saham dan surat utang diperkirakan masih belum bayak bergairah dalam waktu dekat. Alhasil, kinerja unitlink pun masih butuh waktu untuk bisa mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.
Praska Putrantyo, analis Infovesta Utama memperkirakan, tren yang terjadi sejak akhir April lalu masih akan menekan kinerja pasar modal. "Investor diperkirakan masih wait and see di tengah aksi jual investor asing," kata Praska, Selasa (5/5/2015).
Praska menyebut, sejumlah sentimen akan mempengaruhi investor di pasar modal dalam beberapa waktu ke depan. Terutama dari data-data makro ekonomi baik dari dalam maupun luar negeri.
Misal, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama, indeks manufaktur dan jasa di negara maju dan berkembang. Sentimen lain yang juga bisa berpengaruh adalah angka pengangguran Amerika Serikat hingga tren inflasi domestik.
Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat dan di regional Asia juga bakal memberikan sentimen besar bagi kondisi pasar modal. "Serta sentimen politik dalam negeri," ungkap dia.
Kinerja unitlink tak bisa lepas dari kondisi pasar modal sampai tutup tahun. Bila kondisinya membaik, return produk asuransi berbalut investasi pun punya kesempatan untuk berlari.
Hingga akhir April lalu, Infovesta mencatat rata-rata kinerja unitlink berbasis saham mencatatkan return minus 6,68% secara bulanan. Hal sama terjadi pada unitlink campuran dan pendapatan tetap yang masing-masing mencatat return minus 3,74% dan minus 0,78%.
Ini dipengaruhi kinerja IHSG dan Infovesta Government Bond Index (IGBI) yang masing-masing minus 7,83% dan minus 0,76% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata kinerja indeks reksadana juga turun baik reksadana saham, campuran maupun pendapatan tetap, yang masing-masing minus 7,56%, minus 4,66% dan minus 0,63%.
Berdasarkan data Infovesta Utama, secara year to date return terbesar unitlink saham dipegang oleh TM Link Equity Fund. Produk racikan PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri ini mencatatkan return 4,94% hingga akhir April. Sedangkan produk AVRIST Link Asia Fund dari PT Avrist Assurance berada di posisi kedua dengan return 4,23% (lihat tabel).
PT Asuransi Jiwa Sequislife menilai, fluktuasi pasar modal akan berdampak bagi kinerja produk unitlink. Sequislife memperkirakan, perolehan imbal hasil yang bisa dicapai tahun ini sulit untuk bisa melebihi kinerja 2014. Produk Rupiah Golden Equity Fund milik Sequislife mencetak kenaikan 36% tahun lalu.
Presiden Direktur Sequis life Tatang Widjaja menyebutkan, pasar modal tak bisa lepas dari berbagai dinamika di dalam dan luar negeri. "Bagaimanapun indeks kita akan terpengaruh dengan dunia internasional," katanya.
Dengan kondisi yang bakal dirasakan oleh perusahaan asuransi lain, ia optimistis return produk unitlink Sequislife masih bisa mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding kompetitor. "Kami punya produk unitlink ekuitas yang kompetitif," ungkap dia. (Tendi Mahadi)