Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tarif Interkoneksi Turun, Pelanggan Tak Perlu Gonta-ganti Nomor Ponsel

Asosiasi tak memiliki kata sepakat karena setiap operator seluler memiliki kepentingan bisnis masing-masing.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Tarif Interkoneksi Turun, Pelanggan Tak Perlu Gonta-ganti Nomor Ponsel
IST

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengaku tidak bisa satu suara mengenai rencana Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memangkas tarif interkoneksi.

Menurut Ketua ATSI Alexander Rusli, asosiasi tak memiliki kata sepakat karena setiap operator seluler memiliki kepentingan bisnis masing-masing.

Namun, bagi Alex yang juga merupakan CEO PT Indosat Tbk, rencana pemerintah menurunkan tarif interkoneksi sangatlah bagus. Hal itu bisa mendorong pelanggan untuk tidak berganti-ganti nomor demi mendapatkan tarif murah untuk telepon dan sms.

"Karena harga off net sangat mahal, pelanggan biasanya ganti kartu. Sehingga panggilan dilakukan secara on net, tarif lebih murah. Harapannya, tarif yang baru nanti bisa lebih murah. Jadi, harga tarif off net tidak terlali berbeda dari tarif on net," paparnya.

Dia berharap, penghitungan bisa dilakukan secara adil dengan melihat sebaran pelanggan setiap operator. Hal ini perlu untuk menetapkan tarif yang adil bagi operator yang besar dan operator yang kecil di suatu tempat.

Direktur Service Management (CTO) PT XL Axiata Tbk (XL) Ongki Kurniawan juga menginginkan tarifnya turun dan penghitungan yang adil. Dia mencontohkan, tarif off net di XL saat ini Rp 700-800/menit dan tarif on net Rp 60-70/menit. Dengan tarif seperti itu, tent saja, trafik on net jauh lebih tinggi ketimbang off net. "Hampir 90% sekarang ini trafiknya berasal dari on net," ujarnya.

Tarif interkoneksi yang masih tinggi juga membuat pelanggan mengganti kebiasaan menelepon lewat layanan suara menjadi menelepon lewat layanan data seperti melalui Whatsapp, Line, dll. Hal ini tentu membuat cost bagi operator semakin besar, padahal seperti diketahui, operator masih berjuang untuk bisa untung dari layanan data.

Berita Rekomendasi

"Pelanggan akan mencari alternatif yang lebih murah, nelpon lewat whatsapp atau Line. Kami harus siap menambah cost untuk meningkatkan kapasitas di jalur fiber optik yang ke luar negeri, karena trafiknya ini larinya keluar," papar dia.

Ongki menambahkan, tarif interkoneksi biasanya ditentukan dengan menghitung berapa banyak cost capital yang terpakai, berapa fee frekuensi, cost infrastruktur seperti apa, dan lain-lain. Adapun, harga retail yang ditetapkan sangat bergantung dari dinamika pasar, namun tetap berpijak pada tarif interkoneksi. (Merlinda Riska)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas