Peluang Usaha: Mengucek Laba Dari Bisnis Cuci Pakaian
Banyak pengusaha laundry tersebut menjalankan sistem kemitraan usaha untuk mengembangkan bisnis.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebutuhan jasa cuci pakaian alias binatu (laundry) makin tinggi, terutama di kota-kota besar. Maklum saja, aktivitas padat masyarakat perkotaan di luar rumah kadang membuat mereka sulit membagi waktu dengan pekerjaan rumah, termasuk mencuci pakaian kotor. Sehingga, jasa binatu menjadi salah satu jalan keluar.
Kondisi ini membuat jasa binatu kian ramai. Banyak pengusaha laundry tersebut menjalankan sistem kemitraan usaha untuk mengembangkan bisnis.
Untuk mengetahui perkembangan usaha beberapa laundy yang sudah eksis, kali ini KONTAN akan mengulas kembali beberapa merek laundry yang telah menawarkan kemitraan, seperti Padjajaran Laundry, Polaris Laundry dan Melia Laundry. Berikut ulasan selengkapnya:
Polaris Laundry
Usaha cuci baju lainnya adalah Polaris Laundry yang mengusung konsep laundry syariah. Usaha ini berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Polaris Laundry sudah berdiri sejak tahun 1994 dan mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2008.
Saat KONTAN mengulas kemitraan Polaris Laundry pada edisi 19 Januari 2014 lalu, gerai Polaris masih berjumlah 15 unit. Mitra usahanya masih banyak tersebar di kota-kota Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sekarang, gerai Polaris Laundry sudah mencapai 27 gerai dan lokasinya sudah makin tersebar di kota-kota lain seperti di Jabodetabek, Palembang, Medan, dan dalam waktu dekat akan buka di Palangkaraya.
Abu Asaka Ananta, pemilik Polaris Laundry mengatakan, perkembangan bisnisnya selama setahun belakangan memang cukup baik. Bukan hanya mitra yang meningkat hampir 50% selama setahun ini, tapi juga dari target pendapatan sehari-hari.
Dalam sehari, dia mengaku rata-rata tiap gerainya bisa mencuci 50 kg sampai dengan 70 kg pakaian. Tarif jasanya sekitar Rp 3.500 per kilogram (kg). Maka target penjualan paling kecil biasanya Rp 5 juta per bulan.
Dalam menerapkan konsep binatu syariah, Ananta termasuk sangat detil dalam urusan thaharah (permbersihan), seperti bahan kimia yang digunakan harus bisa dianulir dan larut dalam air, dan air yang digunakan harus air mengalir seperti air hujan, air sumur, atau air tanah, bukan air yang diendapkan.
Polaris Laundry saat awal berdiri hanya membuka satu paket kemitraan saja senilai Rp 20 juta. Sekarang Ananta membuka tiga paket investasi senilai Rp 27 juta, Rp 39 juta, dan Rp 250 juta. Hal ini disebabakan banyak mitra yang mendapat order yang bertambah dan ingin menambah jumlah kapasitas cucian.
Namun, Ananta bilang, nantinya tidak ada mitra yang boleh mengambil paket langsung Rp 250 juta, sebab ia perlu mengedukasi mitra dari paket yang paling kecil dulu. "Kalau untuk pertama wajib gabung yang Rp 20 juta dulu, kalau mau lebih berkembang, dan sudah paham konsep syariah bisa ambil yang paket komplit," jelasnya.
Kendala yang dihadapi selama enam bulan belakangan menurutnya adalah banyaknya mitra usaha yang ingin buka usaha namun terkendala dengan tempat. Ananta mengeluhkan, sulit mencarikan tempat yang cocok untuk mitra usaha. Bukan hanya soal tempat yang strategis tapi juga tempat yang memiliki kualitas air yang baik.
Hingga akhir tahun ini, Ananta ingin menambah gerai menjadi 35 tempat dan dia juga akan banyak melakukan renovasi untuk meningkatkan kualitas merek usahanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.