Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peluang Usaha: Pempek Lince Kini Menyebar ke Seluruh Indonesia

Soal rasa, orang masih saja selalu membandingkannya dengan citarasa pempek asli bikinan Palembang

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Peluang Usaha: Pempek Lince Kini Menyebar ke Seluruh Indonesia
dokumen pribadi

TRIBUNNEWS.COM -- Siapa tidak kenal dengan pempek? Makanan ringan khas Palembang ini sudah terkenal di seluruh penjuru nusantara. Hampir di setiap kota besar, ada saja penjaja pempek. Namun, soal rasa, orang masih saja selalu membandingkannya dengan citarasa pempek asli bikinan Palembang. Dan, bisa ditebak, komentar yang muncul selalu saja, “Masih lebih enak pempek asli Palembang!”Apalagi, bila yang menyantap, wong kito alias orang Palembang.

Di Kota Palembang sendiri, ada beberapa merek pempek yang terkenal enak. Sebut saja, pempek Candy, Vico, Leni, Saga, Beringin, dan EK. Tapi, jika mesti ke Palembang setiap kali ingin menikmati citarasa asli ini, tentu repot juga. Memang, beberapa produsen bersedia mengirimkan produknya ke alamat di luar Palembang. Namun, tidak ada yang benar-benar fokus meladeni pembelian secara online.

Peluang itulah yang ditangkap oleh Anton dan Lince. Suami-isteri ini mendirikan usaha pempek online dengan merek Pempek Lince. Alih-alih membuka gerai, mereka menjajakan produknya lewat situs pempeklince.com. Usaha yang dirintis sejak 2010 itu sekarang memproduksi pempek dengan bahan baku 4 ton-5 ton per bulan. “Mungkin bukan yang terbesar di Palembang, tapi untuk penjualan online, kami yang terbesar,” klaim Anton.

Soal omzet, Anton enggan blak-blakan. Ia hanya memberi ancar-ancar, satu kilogram bahan baku bisa dibuat menjadi 25 pempek kecil. Harga pempek paling kecil saat ini Rp 3.500 per buah. Sedangkan pempek ukuran besar dihargai Rp 18.000. Itu berarti, per bulan, omzet Pempek Lince paling tidak mencapai Rp 350 juta!

Iseng dan terpaksa
Siapa sangka, usaha dengan omzet fantastis itu berawal dari iseng. Ceritanya, Anton punya hobi membuat website. Pada 2008, ia membuat website bernama pempeklenjer.com, yang berisi informasi seputar Palembang. “Di situ saya iseng pasang status, menyediakan paket pempek,” tutur Anton.

Ternyata, status iseng itu mendapat respons dari pengunjung situs bikinan Anton. Anton dan Lince, yang waktu itu masih pacaran, lalu menyurvei produk pempek di kota kelahiran mereka. Setelah memilih produk yang menurut mereka paling enak, mereka pun mengirimkan pesanan ini. “Waktu itu, orang beli paket paling kecil Rp 50.000,”kenang lulusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya ini.

Kegiatan tersebut masih mereka lakukan secara iseng hingga mereka menikah pada 2009. Titik balik kehidupan mereka terjadi setahun kemudian. Ketika itu, usaha Anton di bidang bimbingan belajar jatuh. Ia merasa dicurangi teman yang menjadi rekanan usahanya. “Lantaran terlalu percaya teman, modal saya habis,” kata Anton.

Berita Rekomendasi

Keadaan itu memaksa Anton berpikir keras. Karena tak punya modal lagi, ia mengajak sang istri lebih serius mengerjakan bisnis pempek online. Semula, mereka tetap mengambil produk dari pengusaha lain. Maklum, Anton tak punya keahlian membuat pempek. Begitu pula Lince, yang lulusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya.

Orangtua dari bocah usia tiga tahun, Griselda Lizzie Antonia, tersebut melobi agar si pemilik usaha mau memberikan harga khusus. Awalnya, si pemilik berjanji untuk menimbangnya. “Tapi setelah dinanti selama enam bulan, ternyata tidak ada keputusan. Wah, bahaya, pikir saya,” kata Anton.

Melihat permintaan yang semakin meningkat, pada 2010, Anton akhirnya membujuk Lince untuk memproduksi pempek sendiri. “Lince belum bisa, tapi keluarganya, kan, pintar bikin pempek. Pempek buatan mama dan adik mama, enak!”kenang Anton sembari tertawa kecil.

Karena tak punya modal, Anton iseng menawarkan kemitraan lewat situsnya dan akun Facebook miliknya. Ternyata, lima orang teman online-nya bersedia menjadi mitra dengan menyetor modal masing-masing Rp 2 juta. Dus, terkumpullah modal Rp 10 juta. Karena telanjur ada transfer modal, mertua Anton sedia membantu meski sedikit menggerutu. “Dari situ, saya beli freezer, mixer, bahan baku untuk bikin,” ujar Anton.

Anton pun membuat situs baru bernama pempeklince.com, sesuai nama produknya. Tidak mau terus merepotkan orangtua, Anton dan Lince selama sebulan belajar bagaimana membuat pempek yang enak.

Jaminan 1.000%
Dari lima orang yang menyetor modal, hanya dua yang akhirnya membuka usaha, yakni di Depok dan Ciputat. Tapi, usaha mereka tidak bertahan lama karena masalah sumber daya manusia. Begitu pula, gerai Anton di Palembang. Alhasil, Anton dan Lince fokus membesarkan usahanya secara online.

Di masa awal, Anton dan Lince hanya memiliki satu orang pegawai. “Sempat begadang sampai jam 3 pagi waktu tiba-tiba ada pesanan 2.000 pempek!” kenang Anton. Kini, Pempek Lince memiliki tujuh pegawai dengan distribusi ke seluruh pelosok Indonesia. “Pembeli terbesar tetap dari Jawa, terutama Jakarta,” ungkap Anton.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas