Gaji Anda Kecil Namun Ingin Beli Rumah? Ini Solusinya
"Misalnya dua atau tiga tahun, sehingga angkanya semakin kecil," ucap Andy.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki rumah, sudah pasti menjadi keinginan setiap orang. Namun, keinginan ini kadang terbentur dengan pendapatan atau gaji yang diperoleh setiap bulannya.
Kondisi tersebut membuat orang terpaksa mengurungkan niatnya untuk membeli rumah dan lebih memilih menyewa kos-kosan.
Lalu bagaimana solusi membeli rumah dengan gaji yang terbilang tidak terlalu besar? Sekarang mengambil contoh, orang itu berpenghasilan Rp 5 juta atau di bawah nilai tersebut.
Perencana Keuangan MRE Financial dan Business Advisory Andy Nugroho mengatakan, agar bisa tepat dalam menyisihkan dana sebagai uang muka membeli rumah, maka perlu melihat berapa besar uang muka yang dibutuhkan untuk membeli rumah yang diinginkan.
Setelah itu, calon pembeli rumah harus memperhitungkan jangka waktu ideal untuk menabung dana uang muka yang diperlukan.
"Semakin besar dana yang diperlukan dan semakin sempit waktu yang dimiliki, tentunya akan membuat kita harus menabung semakin besar," ujar Andy kepada Tribun, Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Andy mencontohkan, untuk harga rumah senilai Rp 300 juta maka uang mukanya adalah 20 persen atau sekitar Rp 60 juta. Dengan begitu, jika menabungnya hanya dalam waktu satu tahun maka Rp 60 juta dibagi 12 bulan dan hasilnya Rp 5 juta.
Menabung Rp 5 juta setiap bulan, rasanya tidak mungkin jika gaji calon pembeli rumah tersebut sebesar Rp 5 juta. Untuk mengatasi persoalan ini, maka perlu menambah jangka waktunya untuk menabung.
"Misalnya dua atau tiga tahun, sehingga angkanya semakin kecil," ucap Andy.
Setelah uang muka sudah terkumpul, maka yang harus dipikirkan yaitu cicilan rumah atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Menurut Andy, idealnya total cicilan utang seseorang itu adalah 30 persen dari pemasukan yang didapatnya setiap bulan.
"Karena disebut total, maka sudah termasuk didalamnya semisal cicilan kendaraan bermotor, pembelian barang-barang elektronik, cicilan kartu kredit, dan lain sebagainya. Jadi semisal hendak membeli rumah dengan cara mencicil, maka cicilannya sudah masuk ke 30 persen itu juga," tuturnya.
Namun, jika cicilan lain-lainnya sudah cukup besar dan hampir menyentuh angka 30 persen. Andy menyarankan, agar calon pembeli rumah perlu melunasi dahulu cicilan lainnya itu baru kemudian membuat cicilan baru lagi.
Hal ini perlu dijalankan, agar uang yang diperoleh setiap bulannya tidak habis hanya untuk membayar cicilan utang saja dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari lainnya dengan baik.
"Pembayaran cicilan yang lebih dari 30 persen dari pemasukannya setiap bulan, akan membawa konsekuensi kita harus merelakan ada kebutuhan lainnya yang mungkin tidak dapat terpenuhi. Tapi jika kebutuhan lainnya sudah merasa terpenuhi dengan baik sehingga tidak masalah apabila mencicil lebih besar lagi, maka hal tersebut tidak menjadi masalah," ujar Andy.
Sementara mengenai pemilihan lokasi rumah, kata Andy, paling ideal dekat dengan lokasi kerja. Tapi jika lokasi bekerjanya di pusat kota, maka calon pembeli rumah harus merogoh kocek yang tidak sedikit karena harga rumah di pusat kota mahal.
Dengan begitu, pemilihan lokasi rumah perlu melihat kondisi keuangan yang dimilikinya agar biaya uang muka dan cicilan tidak memberatkan.
"Bila inginnya punya rumah di tengah kota namun kondisi keuangan tidak memungkinkan, maka mau tidak mau harus memilih rumah yang jauh dari kantor. Karena dalam kondisi terbatas, memang setiap pilihan mengandung konsekuensi dan kepentingan yang harus dikorbankan," tambah Andy.